Minggu, 19 Januari 2025
Being a New Employee at (Almost) 40
Selasa, 26 Oktober 2021
Pola Merajut Baju Knitting Gratis (Free) : Mamaika Tee
![]() |
Pola hak cipta milik Martina. |
- Qiuknit Kasmilon Fingering (Benang Utama)
- Ichkler Cotton Lace (Benang bagian Yoke)
- 40 cm circular needle 3,75mm
- 120 cm circular needle 3,75mm
- DPN 3,25 mm buat bind off, atau jarum jahit kalau mau pakai tubular bind off.
- 3 marker (bisa pakai apa saja. Kalau gue pakai potongan sedotan dipotong setipis mungkin). Untuk BOR mending pakai marker beda dari yang lain. Kalau gue pakai sedotan boba, sedangkan sisanya pakai sedotan kopi hehehe.
- 3 benang sisa dengan ukuran benang sedikit lebih besar dari benang yang kamu rajut, seukuran lingkar lengan lebih sedikit 2 benang dan seukuran lingkar badan lebih sedikit 1 benang. Fungsinya buat menahan rajutan lengan ketika kita merajut badan, dan menahan rajutan badan kalau kita mau fitting. Karena kita pakai benang fingering, enakan pakai benang DK untuk benang ini. Gue pakai sisa benang soft cotton big ply dari Moon and Yarn.
- Jarum jahit untuk memasang benang untuk menahan rajutan.
- Jarum rajut ukuran lebih kecil dari yang dipakai untuk merajut, bisa pakai DPN 3,25 mm atau circular needle, tergantung ketersediaan di rumah. Fungsinya untuk mengembalikan rajutan yang ditahan benang sisa ke jarum rajut utama.
Minggu, 11 Juli 2021
[SHARING] Ketika Nana Operasi Miomektomi
Halo!!!
Lama nggak jumpa!!!
Iya, banyak banget yaaa hal-hal yang terjadi dua tahun belakangan ini. Gara-gara Covid-19, udah setahun lebih kita "dipaksa" untuk lebih banyak di rumah dan jaga jarak denga teman-teman dan kerabat kita, mendadak laptop dan sambungan internet yang stabil menjadi dua hal yang esensial karena kerja dari rumah butuh banget dua hal ini.... Trus banyak juga lah cerita-cerita lainnya. Susah maupun senang, gue berharap semua jadi pelajaran yang positif buat kita semua ya...
Ngomong-ngomong soal pelajaran positif, gue juga mau berbagi cerita soal sesuatu yang lumayan mencengangkan, menegangkan, tapi juga surprisingly good buat gue. Seperti judul pos ini, kalian bisa nebak lah ya.... Gue terpaksa menjalani operasi miom. Miom tuh apaan? Kenapa harus dioperasi? Emang bahaya kalo nggak dioperasi? Nah ini yang mau gue ceritain.
Tapi inget ya, gue cerita lebih ke pengalaman gue sebagai pasien, dengan pengetahuan seadanya yang gue dapet dari penjelasan dokter dan googling, dan kondisi tubuh gue sendiri, jadi subjektif banget dan ga bisa kalian jadikan patokan untuk treatment kalian seandainya kalian mengalami hal serupa dengan gue.
Siap???
Semua berawal dari sekitar Oktober-Desember 2020 lah ya kira-kira. Di tahun 2020, kantor gue memberlakukan full WFH sejak bulan Maret sampai Juli, lalu setiap bagian dibagi 2 tim untuk masuk bergantian seminggu-seminggu. Jadi kalau Tim A minggu ini masuk kantor, Tim B kerja di rumah, dan sebaliknya. Tapi di bulan September, karena mengikuti kebijakan pemerintah, kantor gue full WFH lagi sebulan, baru masuk di Oktober dengan sistem Tim A-Tim B lagi. Selama WFH, gue lebih banyak bekerja duduk di depan laptop dengan jam kerja justru nggak terkontrol. Bahkan Sabtu-Minggu pun dipake buat kerja. Kurang bergerak, makan sekenanya, tidur juga sekenanya ngebikin badan gue menggendut. Banget, terutama di area perut. Gue sempet sih rajin senam ngikutin video-video di Youtube, tapi nggak berkelanjutan juga. Berat gue paling berat mencapai 80 kg. Buset, padahal sebelum adanya Covid-19 ini seinget gue berat badan gue di 74 kg, yang mana udah termasuk obesitas juga untuk tinggi badan gue yang cuma 158 cm.
Sejak mulai masuk kerja lagi dan menyadari bahwa celana-celana kantor mulai sempit--bahkan ada yang gak muat!!!--gue pun memutuskan untuk mengganti konsumsi nasi dengan shirataki rice, yang bisa dibeli di toko-toko online. Katanya, shirataki rice ini kalorinya cuma 0 kkal bok, jadi bisa banget bantu gue defisit kalori. Gue juga perbanyak makan sayur dan strict makan malam ga lewat dari jam 5 sore. Dengan cepat, berat badan gue turun ke 76 kg. Punuk di bawah leher terasa mengecil, lengan mengecil, kaki mengecil, tapi perut gue kok tetap melendung? Dan keras? Waduh!!! Malah mungkin karena lemak di perut udah menghilang, kerasnya malah terasa abnormal?? Gue lalu mulai menghentikan makan shirataki rice, ngeri juga jangan-jangan gue ketipu beli shirataki plastik, dan plastiknya mengendap di perut gue. Soalnya itu doang alasan paling masuk akal dari mengerasnya perut gue kan? Haduh... ya udahlah gue mulai coba balik makan nasi. Yang terjadi, perut gue membesar kayak orang hamil dan BAB gue nggak lagi padat. Pipis pun nggak tuntas, ngebikin gue sering banget bolak-balik WC. Dan mulai bulan Desember, gue mengalami sakit pinggang dan perut yang amat dahsyat dibanding biasanya pas PMS, di mana gue kalo PMS tuh biasanya nyaris nggak pernah sakit di area situ, paling lebih ke kulit kering dan kayak gejala flu.
Awal Februari 2021, gue akhirnya memberanikan diri buat periksa ke dokter umum di RS Puri Cinere yang dekat rumah. Kenapa lama amat sih baru Februari periksanya? Jadi gini ya.... pekerjaan gue dari akhir tahun itu sedang banyak-banyaknya dan nggak bisa ditinggal, dan otak gue pun memang fokus buat kerja. Kedua, di masa pandemi ini sebenernya gue takut ke rumah sakit karena rumah sakit kan justru tempat berkumpulnya orang sakit yang belum jelas sakit apa kan (makanya mereka ke sana buat periksa). Tapi di awal Februari, kerjaan lagi lumayan berkurang dan perut gue makin besar sampai gue nggak bisa tidur telentang karena kulit perut berasa tertarik banget, jadi gue putuskan sudahlah ke rumah sakit aja pake jaket waterproof dan masker rapat-rapat. Gue milih ke dokter umum karena gue pikir ada masalah di usus gue kan... Lalu gue bertemu dengan dr Ireine. Dokter ini bukan langganan gue, karena gue nggak punya langganan sih, tapi dokter ini beneran ramah dan perhatian banget. Dia kaget pas megang perut gue, tapi dia nggak bisa pastiin apa penyebab kerasnya perut gue. Jadi dia merujuk gue ke bagian radiologi untuk USG. Tapi karena syarat USG adalah harus puasa 8 jam dan bagian radiologi udah mau tutup, gue baru bisa USG besok paginya.
Besok paginya, setelah minum air banyak-banyak dan berasa pengin pipis, gue baru di-USG. Katanya sih biar sekalian ketahuan kondisi kandung kemihnya pas lagi penuh. Ini kan USG buat nyari problemnya di mana ya, jadi akan diliat mulai dari kandung kemih, ginjal, rahim, liver, pokoknya daerah perut situ deh. Dan ketahuan lah kalau sumber mengerasnya perut gue adalah karena ada "massa solid hipoechoik intra abdomen... agaknya berasal dari uterus dengan ukuran sekitar 18,7 x 18,5 x 12,6 cm". Pada hari hasil USG keluar, dr. Ireine lagi nggak praktik di RS Puri Cinere, tapi sungguh ni dokter baik banget. Dia nelepon gue dan bilang kalau dia udah ngeliat hasil USG gue, dan dia menyarankan gue segera cari dokter Ginekolog Onkologi atau yang di belakangnya ada titel SpOG (K). Kebetulan RS Puri Cinere nggak punya dokter ini, jadi gue harus cari di rumah sakit lain. Dia nyaranin nama dokter di beberapa rumah sakit di kota Depok, tapi gue nemu satu dokter di RS Prikasih, yang mana lebih deket dari rumah gue ketimbang rumah sakit di kota Depok, walaupun Cinere itu Depok yaa... Namanya dr. Taufik Zain Sp. OG (K), dan jadwal praktiknya kebetulan di hari itu juga.
Kamis, 11 Juli 2019
Nana di Penang Pt 1 : Penang pun Punya Pantura
Setelah browsing-browsing, buat gue, yang paling bikin gue tertarik adalah STREET ARTS. Yep, street arts-nya. Ternyata di George Town itu banyak banget grafiti lucu-lucu yang terletak di gang-gang sempit atau tembok antar-toko yang berfungsi buat menarik turis yang jalan kaki di daerah George Town. Kedua, tentu saja Cheong Fatt Tze Blue Mansion yang jadi tempat syuting Crazy Rich Asia itu. Pengin banget gue ke sana! Dua itu yang utama. Maka gue menyusun bahwa di hari kedua gue di Penang gue harus ke Cheong Fatt Tze Blue Mansion dan hari ketiga abisin waktu seharian buat cari street arts. Baru setelah itu destinasi lain nyusul disusun.
Singkat cerita, berangkatlah gue ke Penang, naik Malaysia Airlines transit di KL dulu. Sampai di Penang udah lumayan sore, tapi untung proses keluarin bagasinya cepet dan bandaranya memang nggak besar. Sebenarnya dari bandara ini gampang banget cari bis ke George Town (tinggal naik Rapid Penang 401 atau 401E sampai Komtar), tempat hotel gue berada. Tapi karena gue ingin sampai hotel secepat mungkin dan ngeri nyasar, gue pun memutuskan pakai Grab aja. Berdasarkan kata orang-orang, Penang itu Grab-friendly banget, jadi gue pun langsung buka aplikasi Grab yang langsung berubah jadi versi Malaysia. Oiya, gue nggak beli kartu SIM baru karena gue pake XL Prio Pass ya. Nggak perlu utak-atik lagi, provider langsung menyesuaikan. Sip deh! Bayarnya pakai cash aja, sekitar 30 RM. Nggak pake lama nunggu karena bandaranya emang nggak gede-gede banget, sopir Grab yang keturunan India datang dan membantu memasukkan koper ke bagasi mobil. Kami pun berangkat.
Oh iya, Penang ini merupakan negara bagian Malaysia yang terbagi jadi dua wilayah, di Pulau Pinang dan di benua Asia. Penang International Airport, sama seperti ibu kota negara bagian Penang, George Town, terletak di Pulau Pinang dan gue juga cuma muter-muter di pulau ini, nggak nyeberang pulau. Jadi cerita gue hanya seputar Pulau Pinang yaaa...
![]() |
Peta Pulau Pinang. Bandara itu di Bayan Lepas. George Town di atas. |
![]() |
Hotel gue mungil tapi cantik. Di ujung jalan ada food court yang udah buka pagi-pagi dan jual paket sarapan yang muraaah banged! |
![]() |
bangunan model gini banyak banget di George Town |
Senin, 10 Juni 2019
Belajar Knitting dari Youtube
![]() |
Jenis-jenis jarum knitting. Sumber di sini. |
Jumat, 14 Desember 2018
5 Penyanyi Favorit di Tahun 2018
Kalian bisa dengar lebih banyak lagu NCT di Spotify.
Kalian harus juga nonton live performance mereka. Dance-nya asyik banget!
Lagu Air yang bercerita tentang betapa Winner sangat menghargai kehadiran fans yang tetap tinggal di saat-saat susah mereka seperti udara ini sebenarnya terinspirasi dari air purifier yang Seung Yoon terima dari fans. Fans benar-benar jadi inspirasi banget buat mereka!
Kalian bisa dengar lebih banyak lagu Winner di Spotify.
Sabtu, 08 Desember 2018
3 Buku Favorit Gue di Tahun 2018
So, here we go!!!