Pages

Sabtu, 08 Desember 2018

3 Buku Favorit Gue di Tahun 2018

Tahun 2018 sebenarnya merupakan tahun yang agak menyedihkan dalam hal hobi membaca buku gue. Sepertinya, ketimbang membaca buku--baik novel maupun buku non-fiksi--gue lebih banyak membaca sosial media karena dramanya lebih rame dan plot twist-nya lebih manstab (haiyah!). Tahun ini memegang rekor jumlah bacaan terendah gue sebagaimana terdaftar di Goodreads gue (eh kalau kalian punya akun Goodreads, add friend dong! Kan lumayan, bisa berbagi rekomendasi bacaan) yaitu 15 buku saja. Paling nambah 1 nanti kalau novel yang lagi gue baca sekarang bisa gue selesaikan.

Untungnya, dari 15 buku itu, gue masih menemukan bacaan yang berkualitas dan gue rekomendasiin banget! Genre-nya beda-beda: satu adalah mistery-family-romance, satu adalah fiksi sejarah, dan satu lagi romance yang amat sangat gue pengin nonton filmnya (kalau nanti dibuat--please!). Gue harap, rekomendasi gue ini bisa menjadi pilihan teman-teman juga.

So, here we go!!!





Walau nama pengarang Indonesia banget, aslinya novel ini berbahasa Inggris karena penulis tinggal di Singapura. Cerita Rainbirds sendiri nggak ada bau-bau Indonesia-nya sama sekali, malah ber-setting di Jepang dengan suasana Jepang banget. Kalau kalian suka nonton film Jepang, pasti ngerti maksud gue. Untuk hal ini, penulis gue acungi 2 jempol!

Secara garis besar, Rainbirds bercerita tentang Ren Ishida, mahasiswa nyaris lulus, yang menyelidiki kehidupan almarhum kakak perempuannya, Keiko, yang beberapa tahun sebelumnya memutuskan untuk hidup sendiri di kota lain berpisah dari Ren dan orang tua mereka. Ketika mendapatkan kabar kalau Keiko terbunuh, Ren segera berangkat ke Akakawa. Urusan dengan polisi membuat Ren harus tinggal di kota kecil itu untuk waktu yang cukup lama. Tanpa ia sadari, Ren pun malah masuk ke kehidupan Keiko: tinggal di rumah yang pernah disewa Keiko, bekerja sebagai guru menggantikan Keiko, dan menyusuri rahasia yang disimpan Keiko.

Kenapa gue rekomendasiin buku ini? Karena menurut gue, buku ini berhasil menampilkan dinamika kakak-adik dengan sangat realistis. Lewat kenangan Ren akan Keiko, kita akan melihat betapa baiknya Keiko menjaga adiknya, tapi di sisi lain juga betapa banyaknya rahasia yang Keiko simpan demi tidak menyakiti adiknya. Intinya, buku ini akan membuat kita merenung tentang hubungan kita dengan orang-orang yang kita cintai di sekitar kita: sudahkah kita mengenal mereka cukup dekat?





Novel terbitan akhir 2017 ini bercerita tentang potongan sejarah kelam Indonesia, yaitu pada periode menjelang dan setelah reformasi 1998, dari sisi aktivis dan keluarga aktivis yang hilang diculik. Jadi bikin merinding karena, walau tokoh-tokohnya adalah fiktif, ceritanya sendiri terinspirasi oleh kejadian nyata.

Cerita terdiri dari dua bagian. Bagian pertama diceritakan dari sudut pandang Biru Laut, si aktivis yang diculik dan disiksa. Kita akan melihat bagaimana aktivitasnya sehari-hari, hal-hal kritis apa yang membuatnya dan teman-temannya dinilai sebagai ancaman oleh penguasa, dan juga detail hari-hari penculikannya. Cerita kedua adalah dari sudut pandang Asmara Jati, adik perempuan Laut, yang harus melewati derita ketidakpastian dari hilangnya sang kakak. Dua tahun sejak Laut hilang, belum ada kabar pasti mengenai keberadaan Laut. Mara ingin percaya bahwa Laut masih hidup dan suatu saat akan pulang, tapi seiring waktu, kepercayaan itu semakin menurun.

Gue merekomendasikan buku ini karena, selain gaya bercerita Leila S. Chudori yang sangat hidup dan detail, tentu juga fakta-fakta mengenai kejadian 1998 yang dibeberkan. Kejadian dalam novel ini, sebagaimana juga dalam novel terdahulu penulis, Pulang, adalah berdasarkan riset dan wawancara, jadi cukup akurat memotret sejarah. Untuk orang-orang awam yang dulu tidak terlalu mengikuti berita, membaca buku ini tentu akan memperkaya pengetahuan sejarah Indonesia--walau bacanya tentu agak stress juga siiih...




Buku ini gue beli dari ketidaksengajaan, bermula dari ngebaca tweet orang yang gue bahkan nggak kenal, yang ngerekomendasiin buku ini bagi penyuka serial Crazy Rich Asian. Lalu gue ceklah Goodreads, kok review-nya oke.... lalu cek Periplus, kok harganya lumayan terjangkau setelah diskon... dan tau-tau buku ini udah sampe aja gitu ke kantor. Hehe.. 

Dan ternyata... emang ceritanya bagus dan asyik banget dinikmatinya walau secara plot pasaran banget. Pantes aja buku ini menang Goodreads Choice Award kategori Best Romance!!

Dari awal, penulis emang udah menyatakan kalau dia terinspirasi dari kisah Pretty Woman-nya Julia Roberts dan Richard Gere, hanya saja dia membuat versi kebalikannya, di mana si cewek adalah pihak yang kaya raya sementara si cowok justru yang jadi cowok sewaannya. Jadi, sejak awal, ekspektasi gue emang nggak tinggi-tinggi banget terkait plot. Yang bikin cerita jadi beda adalah bahwa si tokoh utama cewek, Stella, hidup dengan asperger syndrome. Dia memiliki tingkat fokus lebih tinggi ketimbang orang lain terhadap hal yang dia senangi, yaitu angka, yang membuat dia berkarir cemerlang sebagai market researcher dan menghasilkannya uang melimpah (ditambah lagi dia datang dari keluarga kaya), tapi gagap dalam hubungan sosial dan percintaan. Stella lebih memilih lembur di kantor ketimbang hang out atau kopi darat. Hubungan romantisnya selalu berakhir kaku.

Ketika Stella dituntut untuk mulai berpikir tentang berkeluarga dan juga karena diejek cowok yang berpotensi jadi suaminya, Stella nekat menyewa escort untuk berlatih pacaran dan seks dan pilihannya jatuh ke Michael Phan, cowok campuran Eropa-Vietnam yang menawan banget. Walau awalnya mereka memiliki pertemuan terjadwal dan Michael bertekad hanya akan menjadikan Stella kliennya semata, pertemuan tak sengaja Stella dan Michael yang mengungkap profesi Michael sehari-hari di samping menjadi escort membuat hubungan Stella dan Michael jadi lebih serius.

Pertama-tama, gue mau bilang kalo buku ini punya adegan seksual yang saaaaangat deskriptif. Mungkin ada hubungannya dengan kondisi penulis, Helen Hoang, yang juga menderita asperger syndrome ringan (suka detail, inget?). Namun hal ini bukannya bikin jijik atau lebay sih, malah ngebantu pembaca buat merasakan emosi dan pikiran Stella terutama dari segi percintaan. Walau kelihatan nggak peduli dan hanya fokus pada pekerjaannya, ternyata pengidap asperger syndrome seperti Stella juga sama seperti manusia biasa, hanya saja caranya mengungkapkan yang berbeda. Dan pendekatan Michael ke Stella pun juga luar biasa manisnya. Banyak sih yang mau gue ceritain soal Michael, karena Michael sendiri pun mendapat porsi yang pas dari penulis. Kita akan tahu kalau kemampuan Michael memahami Stella itu nggak datang mendadak, seakan dia malaikat yang dikirim Tuhan langsung dari sorga buat Stella, melainkan ada proses dalam hidupnya yang ngebikin dia seperti itu. Michael tuh ngegemesin banget deh beneran!! Tapi yaa gue ga bakal ceritain di sini lah ya... Biar kalian penasaran.

Yak itu tadi 3 buku rekomendasi gue. Nggak banyak emang, tapi gue berani bilang tiga buku ini beneran worth to read banget karena bahkan gue yang sedang dilanda reading slump ini bisa menikmati baca ketiga buku ini!!! Semoga bisa ngebantu kalian memilih bacaan di liburan Natal-Tahun Baru ini ya... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...