Pages

Minggu, 02 Desember 2018

Opini : Udah Tua Suka Kpop? So What???

Ceritanya tanggal 17 November yang lalu gue nonton konser Winner, EVERYDAY. YAAAYY!!! Akhirnya.... gila yaa.... one of my bucket list bangettttt!!!!! Dan di Jakarta pula! Aduh paling seneng deh udah nonton konser di negara sendiri ya, berasa tuan rumah. Kalo nonton di negara lain kan berasa cuma numpang nonton doang hahaha.

Anywaaaayy.... kali ini gue nggak mau cerita soal konser itu (yang keren banget, aselik!), tapi mau cerita tentang hal menarik dan lucu yang terjadi ke gue dalam perjalanan ke Tennis Indoor Senayan, sore sebelum konser Winner itu.

Bakal gue inget sampe gue jompo sebagai salah satu konser terbaik yang gue pernah datengin. Untung gue nggak gengsian. Hahahaha!

Jadi gue Sabtu, 17 November, itu masuk kantor dulu paginya. Supaya nggak kecapean karena rumah cukup jauh, gue nginep di daerah Glodok. Jadi pulang kantor gue check in dulu di Glodok, mandi, istirahat bentar, baru naik Transjak ke GBK. Nah, dalam perjalanan, gue duduk sebelahan sama satu cowok jangkung. Awalnya dia asyik dengerin musik di smartphone-nya (anggap aja musik yaa... gue ga denger), tapi tiba-tiba dia nanya:

Dia : "Mbak, kalo ke GBK turun di halte mana?"
Gue : "Di halte GBK, nanti turun pas di depannya."
Dia : " Kalo ke JCC deket dari situ?"
Gue : "Oh kalo ke JCC sebenernya deketan lewat halte Polda, tapi halte Polda lagi renov, jadi semua turun di GBK. Paling ntar setelah masuk, kamu jalan lurus aja deket Hotel Sultan situ."

Lalu dasar gue geblek ya... Gue malah nanya lebih jauh.

Gue : "Saya juga kebetulan mau turun di GBK sih. Btw mau ke acara apa?"
Dia : "WWC. Ibu *ho'oh IBU LHOOO!!!* mau ke sana juga?"
Gue: "Oh nggak, saya mau nonton konser."
Dia : "Konser apa? Di GBK juga?"
Gue : "Nggak, di Tennis Indoor. Konser Kpop, namanya Winner."
Dia : "Kpop? Maaf ya Bu, tapi orang seumuran Ibu masih suka Kpop?"

Gue mulai yang... Serius loe nanya gitu ke orang yang baru lo kenal dan bantuin lo nyari halte turun? tapi karena muka dia polos dan gue penasaran juga, maka gue lanjut tanya dengan lempeng aja.

Gue : "Emang kenapa dengan orang seumur saya suka sama Kpop?"
Dia  : "Yaa... biasa kan itu kesukaan anak-anak muda, yang demen teriak-teriak ngeliat cowok-cowok gitu... Kalo seumur Ibu biasanya kan udah di rumah ngurus anak..."


Oh oke, dia tipe konservatif gitu sepertinya. Singkat cerita, gue lalu jelasin kalo Kpop itu sebenernya sama kayak musik Indonesia atau barat, banyak genre-nya, dan nggak tepat juga sebenernya disebut Kpop, harusnya Kmusic. Gak semua penyanyi punya lagu lonjak-lonjak kayak BTS (bukan apa-apa... cuma non-Kpoppers sini kan biasanya cuma tau BTS.... Dan Siwon Super Junior). Jadi, wajar aja sebenernya kalo orang seumuran gue nonton konsernya. Namun, kalaupun ada orang seumuran gue atau ibunya yang suka tipe artis Kpop yang fokus ke performance rame seperti itu pun menurut gue nggak apa-apa selama itu memang selera mereka dan menjadi cara mereka untuk refresh themselves.

Siwon -- duta Kpop di Indonesia.

Lalu pembicaraan berlanjut. Gue jadi tau dia umur 21 (muda yes, pantes gue dibilang tua), asli Jogjakarta tapi kerja di Bogor dan bela-belain nonton WWC One Championship (acara berantem-beranteman gitu deh) ini bareng temennya di Jakarta dengan numpang nginep di rumah saudaranya. Gue balik aja, "Nah kamu kan juga sebenernya sama kayak saya, kamu bela-belain nonton orang berantem sampe mau jalan jauh ke tempat yang kamu gak familier. Kalo saya punya anak, mungkin saya malah lebih khawatir dia nonton orang berantem ketimbang nonton acara musik." Dia mengiakan dan malah bilang kalau nyokapnya pun sebenernya pas tau dia mau ke Jakarta nonton WWC ini malah bilang gini, "Duh uang segitu ngapain dibuang buat nonton begituan, mending buat biaya makan sekeluarga!"

Di sini gue mau ngebagiin pendapat gue aja sih. Menurut gue, suka sama musik apa pun, termasuk Kpop, itu nggak harus terikat sama umur kok. Di umur kita yang udah 30 something, 40 something and up, it's definitely okay to still love Kpop, no matter the age gap of the artists you like and you. Mau yang seumuran kek (Misalnya gue, seumurannya ya sama personel Super Junior dan TVXQ), mau lebih muda kek (misalnya suka BTS, NCT, dll buanyak banget karena ho'oh gue udah tua). Bahkan beberapa hari lalu gue baru nemuin ada orang yang komentar kayak gini di MV NCT Dream, boyband yang personelnya berusia belasan, "I am 63 and I feel like the Dreamies are my own grandchildren". Ya nggak apa-apa. Ini masalah suka sama musik dan karakter orang kok. Kalau kita emang nyantolnya sama Kpop group ya kenapa nggak?

Orang lain bisa beli tiket jutaan buat nonton Celine Dion, bisa bela-belain nonton Guns 'n' Roses cuma modal tau November Rain sama Sweet Child o' Mine. Kenapa kita mau nonton konser artis Kpop harus merasa minder? 

Orang-orang yang nyinyir dan berpendapat negatif bakalan selalu ada mau itu hobi apa aja. Karena apa? Orang-orang yang nyinyir itu nggak ngerti dan mereka nggak mau mengerti. Yang ada di otak mereka tuh ya cuma kita harus mengikuti standar mereka. Contohnya ya tadi, si bocah 21 tahun di atas. Dia suka nonton acara pertarungan WWC itu, nyokapnya pun komentar sinis ke dia. Padahal bisa aja, untuk beli tiket ke Jakarta dan tiket acaranya, dia udah nabung dan nggak mengabaikan kewajibannya ngasih uang bulanan ke nyokapnya (misalnya). Dan nggak otomatis nonton acara pertarungan ngebikin dia jadi anarkis kan? Bisa aja dia emang suka nonton buat melepas stress, ketimbang nge-bully orang (lagi-lagi misalnya). Dalam kaitannya dengan Kpop, nggak bisa dimungkiri, Kpop mengglobal karena ada pengaruh media sosial dan cara interaksi fans aneka fandom dari seluruh dunia itu ya lewat media sosial mulai dari share fancam, foto, berita, sampai berbagi opini atas satu isu yang ngebikin dunia per-kpop-an itu dinamis banget, sehingga terkesan Kpoppers itu gaduh di media sosial dan mengganggu pengguna lain yang nggak ngerti dan lantas mencap seluruh interaksi fans dari berbagai artis Kpop alias macam-macam fandom itu sebagai satu: fans kpop. Lalu muncullah kesimpulan bahwa fans kpop itu semuanya drama banget, rame banget, dan hal-hal lain yang negatif dan mulailah nyinyir-nyinyir itu. Mulai dari bilang fans Kpop aneh, suka sama orang yang nyanyi bahasa nggak dimengerti; suka sama plastik (padahal disuruh kasih bukti operasi plastik bagian mana aja nggak bisa); Kpop cuma buat ABG labil, dsb. tanpa mau mengerti kalau Kpop itu--seperti gue bilang tadi--sebenernya punya arti luas dan banyak macamnya dan nggak semua fandom demen war di media sosial. Maka, ketika orang mendapati ada Kpopper berusia 30-an ke atas, mereka akan otomatis mencap kita masih se-ababil yang suka rusuh di media sosial itu.

Sebenernya, jadi Kpopper di usia dewasa justru punya beberapa kebaikan menurut gue.

Satu, kita udah ada di kondisi mapan, pekerjaan udah stabil, bisa punya tabungan dan dana alokasi hura-hura. Kalo seandainya artis-artis Kpop udah berdatangan 10 tahun lalu, gue nggak yakin gue bakal sebebas ini beli-beli pernak-pernik, tiket konser, bahkan sampe travel ke Seoul karena gue belum punya duit. Masih kuliah. Pun ketika udah masuk kerja, gaji masih UMR dan gue prioritasin untuk nabung dulu. Paling banter harus minjem uang ke orang tua. Kalau pun udah menikah, nego sama suami dengan alasan "me time" juga bisa dilakukan, tapi tentu lihat kondisi keluarga ya... Ada lho temen gue yang tiap nonton konser Kpop dianter suaminya. Asyik banget kan?? Yang penting, kita tahu batasan aja, sampai sejauh mana kita bisa menggunakan uang kita untuk hobi kita ini--sama aja sih kayak buat hobi lainnya.

Dua, kita nggak bakal seemosional fans-fans yang lebih muda. Kalau dulu, waktu usia kita masih mudaan, kita bakal histeris ngeliat personel grup favorit kita, berkhayal pengin jadi pacarnya, gampang tersulut fanwar tiap ada gosip personel favorit kita dekat sama artis lawan jenis. Buat kita yang udah dewasa? Selaw aja lagi... Lha wong kita nganggap artis-artis itu kayak dedek-dedek emes kita atau malah anak (haha!).

Ketiga, kita suka Kpop ya karena kontennya. Kita udah sampai di usia cukup matang untuk ngikutin selera kita, bukan lagi loyal membabi-buta dengan suatu artis. Kita nggak harus terpaksa suka lagu yang sebenarnya kita nggak suka hanya karena artisnya kita biasin. Kita bisa milih konser mana yang mau kita datengin. Dan kita bisa ngerasa happy karena kebutuhan kita akan hiburan terpenuhi.

Kesimpulannya, inti dari menyukai musik kan memenuhi kebutuhan kita akan hiburan, kan? Menyelamatkan kita dari kebosanan hidup yang rutin serta penuh tekanan? So, apakah kita akan membiarkan penilaian orang lain terhadap apa yang kita suka mempengaruhi kita?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...