Pages

Senin, 04 Juni 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 1 - Atur Itinerary dengan Discover Seoul Pass


Ketemu lagi di postingan soal jalan-jalan!!! Kali ini gue ke Seoul bareng sepupu gue, Anggi, selama 6 hari 5 malam. Sebenernya berangkatnya tanggal 24 Mei 2018 dari Jakarta dan pulang 30 Mei 2018 pagi dari Incheon Airport. Cuma karena landing-nya 25 Mei, jadi dihitung 6 hari aja yes!

Untuk liburan kali ini, kami nggak menggunakan jasa travel tapi modal nekat jalan-jalan sendiri. Beruntung kami menemukan informasi soal Discover Seoul Pass, yaitu kartu yang dikeluarkan Seoul Tourism Organization dan Seoul Metropolitan Government untuk membantu wisatawan asing menikmati kota Seoul. Ada 34 tempat wisata yang dapat wisatawan masuki secara gratis menggunakan DSP ini dan 30 tempat wisata lain yang memberikan diskon tiket masuk menggunakan kartu ini. Selain itu, kartu ini juga memberikan 1 kali gratis AREX alias kereta bandara express dari Incheon Airport ke Seoul Station atau sebaliknya, dan juga berfungsi sebagai T-money card yaitu kartu pembayaran untuk naik kereta, bis, taksi selama di Seoul. Untuk fungsi terakhir, kartu harus diisi dulu di stasiun kereta terdekat. Kartu DSP ini terdiri dari 3 waktu penggunaan berbeda, yaitu: 24 jam seharga 39.900 Won, 48 jam seharga 55.000 Won, dan (yang terbaru) 72 jam seharga 70.000 Won. Waktu ini bukan dihitung per hari sejak kartu kita dapatkan tapi per jam sejak kartu kita gunakan untuk pembelian tiket wisata pertama. Nanti akan gue jelasin lebih lanjut.

Waktu gue dan Anggi beli kartu ini, belum ada yang 72 jam, jadi kami beli yang 48 jam di Klook, supaya dapet diskon. Di Klook, tersedia peta tempat-tempat wisata yang ter-cover DSP, sangat membantu buat nyusun itinerary untuk melihat tempat mana aja yang letaknya deketan. Kalau lihat peta, kebanyakan tempat wisata klasik berlokasi di daerah Jongno-Gu sedangkan beberapa agak jauh di Apgujeong-Gangnam. Oleh karena itu, gue dan Anggi pun memilih tempat menginap untuk 2 malam pertama (hari penggunaan DSP) di daerah Jongno-Gu. Sisanya, kami pindah ke daerah universitas Ewha, tapi akan gue ceritain di pos berikutnya karena pos ini fokus bercerita tentang penggunaan Discover Seoul Pass. 

Ketika membeli DSP di Klook, pembeli akan diminta memilih tempat pengambilan kartu. Karena kami bakal mendarat di Incheon melalui Terminal 1 (kami naik Singapore Airlines yang mendarat di Terminal 1), maka kami memilih tempat pengambilan di Terminal 1. Hari pengambilan harus diisi dengan tepat pada saat pembelian kartu. Oiyaa... ngomong-ngomong, jika kalian mengalami kebingungan terkait DSP, kalian bisa tanya-tanya ke Customer Service di website Discover Seoul Pass lho. Klik aja tanda speech bubble di kanan bawah, Customer Service bakal langsung membalas kita dan menerangkan dengan rinci semuanya. Gue sempet nanya beberapa kali terkait tiket AREX dan SM Town Museum yang baruuu aja masuk ke daftar atraksi gratis di DSP tepat sebelum gue berangkat dan selalu mendapat penjelasan yang memuaskan.

Setelah beli DSP, tentu kami merancang tujuan kami dong. Jangan sampai 55.000 Won yang udah dikeluarkan nggak terpakai maksimal! Sayangnya, contekan rincian itinerary DSP yang efektif dan efisien susah ditemui walau gue udah utak-atik keyword Mbah Google. Jadi deh, gue dan Anggi ngerancang sendiri. Rancangan awal kami adalah seperti ini:

25 Mei 2018
Jongmyo Shrine : 1.000 Won
Changdeokgung : 3.000 Won
Changgyeonggung : 1.000 Won
Gyeongbokgung : 3.000 Won

26 Mei 2018
Teddy Bear Museum : 10.000 Won
N Seoul Tower Observatory Deck : 10.000 Won
Grevin Museum :18.000 Won
Coex Aquarium : 28.000 Won
SM Town Museum : 18.000 Won
SM Town Theater : 15.000 Won

27 Mei 2018
MBC World : 18.000 Won

Kalau semua berjalan sesuai rencana, total pengeluaran tiket sudah 125.000 Won. Berarti kami bisa hemat 70.000 Won dengan DSP. WOW!! Semangat banget kan jadinya???? Tapi apa semua rencana bisa terlaksana? Ternyata tidak. Mwahahahah.... Mari dibaca ceritanya satu per satu.



Ini tempat kartunya, berisi kartu dan map atraksi yang free dan diskon dengan DSP

Tanggal 25 Mei 2018, kami tiba di Incheon Airport sesuai jadwal, yaitu pukul 10 pagi. Tapi ditambah jalan keluar, pemeriksaan imigrasi, ambil bagasi, celingak-celinguk, kami baru sampai ke meja pengambilan kartu sekitar pukul 11. Itu masih ditambah celingak-celinguk setting internet, daftar kartu di aplikasi, dan nyari-nyari stasiun AREX. Oiya!!! Setelah kartu DSP kamu dapatkan, jangan lupa daftarkan kartu dengan cara scan QR Code di aplikasi Discover Seoul Pass! Mending instal aplikasinya di Indonesia deh biar nggak ribet dan siap buka segera setelah kartu DSP kamu pegang. Voucher tiket AREX baru keluar kalau kartu kita sudah didaftar di aplikasi.

Btw, apa sih AREX itu? AREX atau kependekan dari Airport Railroad Express, terdiri dari 2 jenis yaitu yang cuma berhenti di Incheon Airport dan Seoul Station dan All Stop Train yang berhenti di stasiun-stasiun antara Incheon Airport dan Seoul Station. Harga yang express adalah 9000 Won sekali jalan sedangkan All Stop Train 4.150 Won. 

Free ticket yang kami dapat dari DSP adalah untuk yang express dan kami memutuskan memakainya untuk menuju Seoul, bukan ketika pulang karena menurut rencana, kami akan berangkat ke Incheon dari Hongik University Station, bukan Seoul Station, sehingga cuma butuh yang All Stop Train. Setelah dapat voucher, kami ke counter tiket AREX di stasiun kereta dan mendapatkan tiket AREX serta nomor duduk. Kereta AREX yang express tempat duduknya memang menghadap ke depan seperti kereta antar-kota di Indonesia, bukan menyamping seperti KRL. Jadi, semua mendapatkan nomor duduk. Nggak perlu menunggu lama, kereta pun datang. Oiya, waktu menukar voucher dengan tiket, ada pembayaran deposit sebesar 500 won per orang, tapi di Seoul Station bisa refund.

Ini tiket keretanya. Ada nomor tempat duduk dan waktunya keberangkatannya.

Sabar menunggu keretanya datang. Naik yang tempat duduknya madep depan bukan menyamping yaa...

Butuh waktu sekitar 43 menit untuk sampai di Seoul Station. Naaah... Setelah tiba di Seoul Station ini, kami mengalami kebingungan karena, walau secara teori kami cukup mencari jalur biru tua (jalur 1) buat ke stasiun tempat hostel kami berada, yaitu di stasiun Jongno-3-ga, kenyataannya stasiun ini luasnya ampun-ampunan dan kami harus menggeret-geret koper lumayan jauh dan naik-turun eskalator untuk sampai ke jalur biru tua (dan dengan membaca papan petunjuk arah dengan saksama!). Dan setelah beberapa lama, barulah kami tahu kalau ternyata stasiun kereta di Seoul itu gede-gede banget dan rawan bikin nyasar! Salah pintu keluar aja udah ngebingungin banged!! Oleh karena itu, kalau di hostel kamu ada buku panduan seperti ini, buruan ambil deh! Ini berguna banget! Di dalamnya ada peta suatu wilayah, stasiun kereta beserta nomor exit-nya dan tempat wisata di sekitar situ.

ambil buku ini agar selamat sampai tujuan
Peta kereta yang ruwet banget, tapi sebenarnya banyak main di jalur 1 dan 2 kok.
Sebenarnya sepupu gue, si Anggi, juga menggunakan aplikasi KakaoMap dan KakaoMetro yang berguna banget buat nyari jalur kereta dan bis, tapi kalau buat gue yang kolot, map tercetak lebih membantu memvisualisasikan tempat. Hehe.

Gerbang Jongmyo Shrine. Di depannya ada taman yang asyik buat duduk-duduk dan foto-foto.

Singkat cerita, setelah sampai hostel, kami beres-beres dulu dan baru berangkat ke Jongmyo Shrine sekitar jam 3 sore. Hostel Tommy, hostel yang kami tempati, berada persis di sebelah Jongmyo Shrine dan Changdeokgung terletak persis di ujung jalan. Jadi, enak juga sih. Apalagi udara hari itu juga sejuk. Cape karena geret-geret koper langsung hilang. Sayangnya, selain hari Sabtu, memasuki Jongmyo Shrine harus menggunakan pemandu dan jadwal pemandu bahasa Inggris baru ada di jam 4 sore. Kami datang di hari Jumat. Jadilah kami menunggu. Untungnya, di depan Jongmyo Shrine ada taman yang luas dan cantik. Kami bisa foto-foto dulu di situ sambil menunggu jam 4. Naaah... kesalahan kami, kami sudah beli tiket jam 3, sehingga perhitungan mundur DSP pun dimulai di pukul 3. Seharusnya kami beli tiket di jam 4 aja, lumayan irit 1 jam kan. Petugas loket sudah kenal dengan DSP sehingga kami cukup menyodorkan kartu DSP dan petugas pun men-scan kartu dan memberikan kami tiket masuk. Nggak ada pertanyaan aneh-aneh deh.

Setiap pintu di bangunan ini adalah untuk satu papan arwah raja Joseon

Jongmyo Shrine sendiri bukan istana melainkan tempat penyimpanan papan arwah raja-raja Dinasti Joseon. Terdiri dari 2 rumah panjang di mana rumah pertama diperuntukkan raja-raja yang terkenal dan berkontribusi signifikan sementara rumah kedua untuk raja-raja yang kurang dikenal dan memiliki masa pemerintahan sebentar (bisa jadi karena sang raja naik takhta ketika masih belia dan kemudian berumur pendek dan lain sebagainya). Setiap raja memiliki ruangan sendiri. Jongmyo Shrine sangat sejuk dengan pohon-pohon dan hamparan rumput. Karena hanya bisa dimasuki dengan pemandu, pengunjungnya pun sedikit dan menambah kesan khidmat tempat tersebut. Burung-burung bernyanyi dan sesekali terlihat rakun yang berbulu coklat. Karena dibuat untuk memuja arwah raja-raja, maka terdapat jalur untuk arwah yang digunakan ketika digelar upacara. Agak bikin merinding sih, tapi karena suasana di sana tentram sekali, rasanya jadi menyenangkan dan bikin betah. Hehe.

Yang kayak gini nih yang bikin betah.

Selesai dari Jongmyo, sebenarnya kami berencana ke istana dekat situ, tapi ternyata loket hanya dibuka sampai pukul 5 dan istana ditutup pukul 6. Nggak keburu, padahal tur Jongmyo memakan waktu 1 jam. Akhirnya, gue dan Anggi memutuskan untuk ke Coex Aquarium dan SM Town aja di daerah Gangnam, supaya waktu penggunaan DSP tidak sia-sia. Kami lalu naik bis 143 ke daerah Gangnam. Oiya!!! Ketika di Seoul Station, kami mengisi kartu DSP kami dulu dengan T-money. Saya mengisi sebesar 20.000 Won. Kartu DSP yang sudah berisi T-money bisa dipakai untuk bis. Begitu masuk dari pintu depan, tap kartu di mesin yang tersedia, lalu duduk atau berdiri. Sebelum keluar di pintu tengah, tap kembali kartu lalu keluar. Gampang!

Catatan: baik di bis maupun kereta ada kursi untuk penumpang prioritas dan biasanya, orang-orang nggak akan mau duduk di kursi tersebut walau kursi tersebut kosong. Untuk bis, sebaiknya langsung cari tempat duduk di belakang sementara untuk kereta, jangan sekali-sekali duduk di sisi depan pintu atau kursi berwarna pink. Berdiri nggak akan berasa karena kereta berjalan dengan cepat.

Kami turun tepat di depan Coex Mall dan buru-buru mencari Coex Aquarium yang terletak di lantai B1. Aquarium ini tidak terlihat besar tapi ternyata isinya saaaangat besar dan wah. Koleksinya beragam mulai dari ikan sampai berang-berang dan pinguin.



Selesai dari Coex Aquarium, kami makan malam dulu karena kami udah kelaparan banget! Terakhir makan di pagi hari di pesawat. Oleh karena itu, kami memesan hidangan mie ayam berkuah putih yang panas dan memberi energi di Myeong-Dong Noodle Soup di lantai B1. Kebetulan, di tanggal 25 Mei ini, udara Seoul cukup dingin dan berangin. Setelah makan, kami mencari SM Town. Kami cukup lama berputar-putar karena nggak menemukan SM Town. Ternyata, SM Town berada di gedung tersendiri dua gedung sebelah Coex Mall!!! Ya ampun!!!

Masuk-masuk disambut Akang Yunho!!

Sebagai pencinta Kpop terutama grup dari SM Town seperti TVXQ, Super Junior, Girls Generation, dll. tentu tempat ini bagaikan surga. Di gedung ini terdapat SM Museum dan juga SM Theater selain SM Cafe dan tempat penjualan merchandise. Malam ini, tujuan kami adalah SM Museum aja, karena jadwal SM Theater terakhir sudah berakhir. Waaah... rasanya hepi bangettt!!! Gue kayak anak kecil yang nggak mau pulang dari sana. Gue juga nyempetin foto AR bareng NCT Dream dan Super Junior, dua grup favorit gue. Harga cetak foto AR adalah 5000 won per lembar, nggak dicover DSP. Sebagai tiket masuk museum, kami bisa memilih kartu berlogo grup favorit. Gue pilih NCT Dream pastinya.

Kostum Red Flavor milik Red Velvet menyambut di pintu masuk
Album-album Super Junior dan rancangan kostumnya.
Pulang bawa oleh-oleh foto AR sama member NCT Dream, Jeno dan Jisung. Lumayan buat berkhayal hahaha..

Selesai dari SM Museum, kami pun kembali ke hostel, mengumpulkan energi untuk petualangan hari kedua.

Di hari kedua, kami mulai menjelajah istana-istana. Dimulai dari Changdeokgung (Gung = istana, jadi "Istana Changdeok"), yang terletak di ujung jalan Donwhamun-ro, jalanan tempat Hostel Tommy berada. Donhwamun adalah nama gerbang istana (Mun = gerbang, jadi "Gerbang Donhwa"), jadi kebayang dong seberapa dekatnya hostel kami sama istana Changdeokgung? Changdeokgung memiliki pemandangan indah dan karena masih pagi, wisatawan belum begitu banyak. Kami tadinya ingin ikut guide berbahasa Inggris, tapi sampai jadwal yang ditentukan sepertinya guide-nya nggak ada. Iseng nanya ke cewek ber-name tag, eh ternyata dia adalah anak sekolah yang sedang mendapat tugas praktik menjadi guide berbahasa Inggris secara cuma-cuma. Namanya Esther, anak Korea Selatan asli, nggak pernah tinggal di luar negeri, tapi bahasa Inggrisnya juara dan penjelasannya soal istana enak banget! Gue dan Anggi ngerasa beruntung banget ketemu dia.

Warna bangunan di Changdeokgung cantik banget!!

Ada sesuatu yang unik dan mengagumkan tentang arsitektur istana Korea Selatan. Walau cuaca hari itu panas banget, ketika kami sampai di bawah bangunan berkayu, udara langsung menjadi dingin dan angin sepoi-sepoi selalu berembus. Kalau kata Esther sih, itu faktor kayu yang digunakan dan susunannya. Bahkan sampai cara membuka jendela sangat berpengaruh pada aliran udara. Di istana Changgyeonggung yang kami kunjungi setelahnya, guide kami, Jisoo, juga berkata hal yang sama. Jadi, walau dalam musim panas, Raja dan kerabatnya tetap dapat menikmati kesejukan. Sebaliknya, di musim dingin, sistem penghangat lantai tradisional bernama ondol siap menghangatkan penghuni istana.

Genteng biru yang unik, karena hadiah dari Raja Arab. Selain di Changdeokgung ini, genteng biru juga ada di istana presiden, Blue House

Changdeokgung memiliki Huwon Secret Garden, yaitu taman rahasia raja untuk permaisurinya, tapi sayangnya memiliki tiket masuk terpisah dan cukup mahal, yaitu 8.000 won, tidak bisa menggunakan DSP. Akhirnya, kami melewati Secret Garden dan langsung ke Changgyeonggung yang terletak di sebelah Changdeokgung dan Secret Garden persis. Letak Changgyeonggung di bawah Changdeokgung, jadi kalau kita masuk dari Changdeokgung, kita akan bisa berfoto dengan latar belakang Changgyeonggung di bawah dan gedung-gedung serta N Seoul Tower di atas. Cantik! Changgyeonggung juga memiliki kolam dan rumah kaca karena di zaman pendudukan Jepang, istana ini pernah beralih fungsi sebagai kebun binatang dan kebun raya.

Spot indah ini bisa kamu nikmati kalau masuk ke Changgyeonggung dari Changdeokgung. N Seoul Tower terlihat di kejauhan
Kolam. Di belakang kolam ada rumah kaca berisi berbagai tanaman.
Bangunan utama Changgyeongung

Selesai di Changgyeonggung, gue dan Anggi bermaksud makan siang di daerah Bukchon, karena kami sempat membaca rekomendasi restoran Baeknyontojong Samgyetang yang kabarnya pernah dapet bintang Michelin. Wah perjalanan menyiksa banget karena udara makin panaaass!!! Tapi karena kering, kami nggak keringetan sama sekali. Jalanan Bukchon-ro menanjak dan bikin cape jadi dobel, tapi akhirnya kami sampai ke restoran tersebut dan rasa lelah kami terbayar setelah mencicip samgyetangnya yang... rasanya menyehatkan banget! Hahaha... Buat orang Indonesia pencinta mecin sih rasanya sebenarnya datar, tapi asupan ginseng dan bawang putih pada samgyetangnya bikin energi langsung keisi penuh!

Samgyetang - Ayam yang diisi beras, ginseng, bawang putih lalu direbus lama. Sehat banget deh rasanya!
Itu yang kiri lupa nama makanannya. yang pasti sisanya banchan alias makanan pembuka.

Setelah makan, kami ke Bukchon Hanok Village yang terkenal. Jalanan luar biasa nanjak tapi apa yang menyambut kami? Spanduk-spanduk penolakan warga atas kedatangan turis! Maklum aja, Bukchon Hanok Village adalah daerah hunian dan turis yang datang kerap kali berisik dan mengganggu. Akhirnya, gue dan Anggi nggak lama-lama di sana dan segera lanjut ke Gyeongbokgung. Menurut gue, lebih baik nggak usah ke Bukchon Hanok Village kalo kalian ingin liat hanok. Masih ada Namsangol dan lain-lain yang ramah wisatawan dan kita pun nggak ngeganggu penghuni.

Gyeongbokgung merupakan istana terbesar dari yang udah-udah, tapi masalahnya istana ini paling populer dan ruammmeeee!!!! Gue dan Anggi udah males banget muterin istana ini karena udah kepanasan dan cape juga jalan, tambah jiper ngeliat penuhnya wisatawan. Untungnya, di sisi kiri istana terdapat pertunjukan musik tradisional Korea yang seru banget dan letak kursi penontonnya di bawah pohon. Gue dan Anggi buru-buru duduk di belakang dan mengikuti pertunjukan sampai habis, bahkan sempat berfoto sama pemain musiknya.

Bangunan utama Gyeongbokgung. Baru sadar, kami nggak ambil foto banyak di istana ini karena udah kepanasan. Hehe

Hari sudah sore ketika pertunjukan musik selesai dan matahari mulai menjinak. Kami lalu menyempatkan diri muter-muter istana sebentar termasuk ke paviliun di tengah kolamnya yang cantik. Istana ini memang paling megah, nggak heran populer banget. Gerbang istana ini bernama Gwanghwamun, yang juga menjadi judul lagunya Kyuhyun Super Junior yang populer, At Gwanghwamun. Tadinya kami ingin foto di Gwanghwamun Square, sayang lagi ada demo dan ternyata demo ini berlangsung berhari-hari karena 3 hari kemudian kami lewat sini juga masih ada demo. Walau demonya tertib, tetap aja bikin maceettt!!


Foto sama pemusik tradisional yang mainnya keren abiss!!! Kalo ga salah baca, namanya Jebi in Boots, tapi gue google kok gak nemu.

Setelah dari Gyeongbokgung, rasanya tubuh udah cape banget. Walau sebenarnya masih ada beberapa tempat di sekitar Gyeongbokgung yang bisa dimasuki dengan DSP, yaitu National Museum of Modern and Contemporary Art (MMCA) Seoul, Museum Kimchikan, dan Alive Museum, kami memutuskan untuk balik ke hostel aja dulu untuk siap-siap ke tujuan selanjutnya: N Seoul Tower!!! Dalam perjalanan kaki ke hostel, kami sempat mampir makan di Miss Lee Cafe dan belanja oleh-oleh di Insadong. Setelah tiba di hostel dan mandi, kami lalu naik kereta ke stasiun Chungmuro dan naik shuttle bus no. 2 ke N Seoul Tower. 

Perjalanan dikejar waktu ke N Seoul Tower. Deg-degan takut ketinggalan bis!

Kami sampai di N Seoul Tower sekitar jam setengah 10 malam dan shuttle bus pulang terakhir jalan jam setengah 12 malam. Jadi apa yang kami lakukan? Buru-buru tukar tiket untuk ke Observation Deck! Iya, jadi DSP ini memberikan gratis tiket untuk naik ke puncak menara dan menikmati pemandangan dari sana. Setelah tukar tiket, kami menunggu nomor urut kami dipanggil untuk naik lift ke atas. Sampai atas, kami mengitari menara sambil melihat pemandangan kota Seoul malah hari lalu... Ini dia. Antre lift turun. Antrean puanjaaang banget! Dan sampai bawah, waktu udah menunjukkan jam 11 malam. Nggak sempet lagi deh muter-muter ngeliat love lock dan sebagainya, kami langsung antre bis dan pulang. Heuu.... Harusnya kami datang lebih awal ya. Tapi apa daya, udah cape seharian jalan. 

Hari ketiga, tanggal 27 Mei 2018. Kami punya waktu sampai jam 3 sore untuk menggunakan DSP. Kami memakainya untuk ke Grevin Museum dan kemudian balik ke SM Town untuk menonton salah satu pertunjukan di SM Theater. Jadwal yang kami incar hari itu adalah pertunjukan konser EXO, Elyxion jam 2 siang, yang terakhir dapat kami beli dengan DSP, karena tiket pertunjukan baru bisa dibeli sejam sebelum pertunjukan yaitu jam 1, sedangkan pertunjukan selanjutnya ada di jam 7 malam dan kami baru bisa beli tiketnya jam 6 sore.

Nggak dapet Lee Min Ho, patungnya pun boleh...

Grevin Museum merupakan museum yang berisi patung tokoh-tokoh terkenal dunia mulai dari selebritis macam Psy, G-Dragon, Lee Min Ho, John Lennon, Leonardo diCaprio, atlet olahraga macam Park Ji Sung, Cristiano Ronaldo, sampai tokoh politik seperti Donald Trump, Ratu Elizabeth II, dan Barrack Obama. Grevin Museum ini nggak jauh dari area fashion Myeongdong dan Lotte Plaza. 

Mencoba se-swag G-Dragon...

Dari Grevin Museum, kami naik kereta menuju stasiun Samseong untuk kembali ke SM Town dan nonton SM Theater Elyxion. Buat wisatawan non-Kpoppers mungkin akan terasa nggak penting nonton video konser seperti ini. Tapi buat Kpopper terutama yang mengerti EXO, video konser Elyxion ini sangat mewah dan spesial karena Elyxion adalah nama konser yang saat ini sedang dijalankan oleh EXO alias bukan konser lama. Kebetulan Elyxion tidak mampir ke Indonesia. Menonton video konser dengan surround view di mana ada 3 layar besar yang bisa menampilkan sisi panggung berbeda-beda di saat bersamaan maupun pemandangan panorama benar-benar terasa istimewa! SM Entertainment benar-benar tahu cara memanjakan penggemar!

Foto sama posternya aja ya, karena di dalam teater nggak boleh foto.
Dan dengan berakhirnya pertunjukan Elyxion, berakhir pula petualangan Discover Seoul Pass kami selama 48 jam. Dari rencana semula tentu sangat jauh dari tercapai. Tapi, kami berhasil memenuhi target 55.000 won. 

25 Mei 2018
Jongmyo Shrine : 1.000 Won
Coex Aquarium : 28.000 Won
SM Town Museum : 18.000 Won

26 Mei 2018
Changdeokgung : 3.000 Won
Changgyeonggung : 1.000 Won
Gyeongbokgung : 3.000 Won
N Seoul Tower Observatory Deck : 10.000 Won

27 Mei 2018
Grevin Museum :18.000 Won
SM Town Theater : 15.000 Won

TOTAL 97.000 Won
Tambah AREX 9.000 Won jadi Rp. 106.000 Won alias hampir 2 kali lipat harga DSP!!


Di pos selanjutnya, gue akan menceritakan petualangan non-DSP gue dan Anggi (yang pasti seru karena melibatkan lari-lari ngejar bis sampe terpipis-pipis), SM Town Coex Artium dan SM Communication Center, serta rekomendasi hostel.

2 komentar:

  1. makanan yg di posting itu 1 set ya + samgyetang? ato diorder sendiri2..? kisaran berapa harganya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak. Samgyetang sendiri, yang kayak martabak sendiri tapi satu porsi ada 2 jenis. Ini semua bisa dimakan berdua karena samgyetangnya kan ayam utuh dan nasinya juga banyak. Total seingetku 24.000 won, dibagi 2 jadi 12.000 won per orang.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...