Pages

Jumat, 14 Desember 2018

5 Penyanyi Favorit di Tahun 2018

Setelah buku favorit, kali ini gue mau bagiin 5 penyanyi favorit yang lagunya banyak gue dengerin di 2018. Kalau kalian udah baca blog ini, kalian tentu udah bisa menebak kalau gue Kpopper yaa... Dan memang, banyak lagu yang gue suka adalah lagu Kpop. Tapi tenang aja, gue nggak cuma dengerin Kpop kok... Lagu-lagu dari artis Indonesia juga banyak yang oke dan mengisi hari-hari gue selama tahun 2018--terutama selama di bis dari dan ke kantor. Daaaan... Inilah favorit gue!!!!

1. NCT

NCT adalah grup cowok terbaru dari SM Entertainment yang debut tahun 2016 dengan konsep unlimited baik dari jumlah member, sub-unit, dan juga jenis musik. Di tahun 2018, ada 4 sub-unit yang aktif, yaitu NCT 2018, NCT U, NCT 127, dan NCT Dream. Banyak kan? Iya. Bedanya apa? NCT 2018 adalah sebutan untuk seluruh member NCT yang aktif di satu tahun dan untuk tahun 2018 ini ada 18 member yang aktif. NCT U adalah unit dengan member yang bisa dibongkar-pasang sesuai genre musik yang dibawakan. NCT 127 adalah unit tetap yang aktif dan fokus ke pasar Korea Selatan dan Jepang. NCT Dream adalah unit yang terdiri dari anggota di bawah 20 tahun dengan musik yang menggambarkan usia remaja. Bingung? Makanya nggak usah dipikirin, nikmati aja! Hehehe.

Di tahun 2018, lagu-lagu NCT yang sering menemani gue adalah NCT U Taeyong & Ten - Baby Don't Stop yang seksi dan NCT Dream - We Go Up yang enerjik banget.


Video klip yang dibikin di Ukraina ini buat gue memanjakan mata sekaleeee.... Tapi cuma denger audionya juga enak karena musiknya easy listening dan perpaduan suara Ten yang lembut dan Taeyong yang gahar tuh asyik banget!


NCT Dream adalah sub-unit favorit gue karena semangat mereka dan album We Go Up punya lagu yang beneran enak-enak semua!

Kalian bisa dengar lebih banyak lagu NCT di Spotify.

2. WINNER

Winner adalah grup cowok 4 orang dari YG Entertainment yang debut di tahun 2014 dengan jumlah member 5 orang. Sayang mereka kemudian hiatus karena salah satu member sekaligus motor grup, Nam Taehyun, dikabarkan menderita gangguan psikologis dan keluar dari grup. Sisa 4 orang, Winner baru comeback di tahun 2017 dengan 4 single beraliran musik baru yang booming banget (Really Really, Fool, Island, Love Me Love Me). Di tahun 2018, mereka juga mengeluarkan full album Everyd4y dengan lagu jagoan Everyday.

Yang gue suka dari Winner adalah musik mereka yang easy listening--nggak ribet--dan suara duo vokalis, Kang Seungyoon, dan Kim Jinwoo. Suara mereka berdua kontras banget, sementara Seungyoon punya suara powerful, Jinwoo justru punya suara lembut.

Lagu favorit gue Really Really yang keluar di tahun 2017 dan Air, yang merupakan lagu kedua di album Everyd4y.


Kalian harus juga nonton live performance mereka. Dance-nya asyik banget!


Lagu Air yang bercerita tentang betapa Winner sangat menghargai kehadiran fans yang tetap tinggal di saat-saat susah mereka seperti udara ini sebenarnya terinspirasi dari air purifier yang Seung Yoon terima dari fans. Fans benar-benar jadi inspirasi banget buat mereka!

Kalian bisa dengar lebih banyak lagu Winner di Spotify.

Sabtu, 08 Desember 2018

3 Buku Favorit Gue di Tahun 2018

Tahun 2018 sebenarnya merupakan tahun yang agak menyedihkan dalam hal hobi membaca buku gue. Sepertinya, ketimbang membaca buku--baik novel maupun buku non-fiksi--gue lebih banyak membaca sosial media karena dramanya lebih rame dan plot twist-nya lebih manstab (haiyah!). Tahun ini memegang rekor jumlah bacaan terendah gue sebagaimana terdaftar di Goodreads gue (eh kalau kalian punya akun Goodreads, add friend dong! Kan lumayan, bisa berbagi rekomendasi bacaan) yaitu 15 buku saja. Paling nambah 1 nanti kalau novel yang lagi gue baca sekarang bisa gue selesaikan.

Untungnya, dari 15 buku itu, gue masih menemukan bacaan yang berkualitas dan gue rekomendasiin banget! Genre-nya beda-beda: satu adalah mistery-family-romance, satu adalah fiksi sejarah, dan satu lagi romance yang amat sangat gue pengin nonton filmnya (kalau nanti dibuat--please!). Gue harap, rekomendasi gue ini bisa menjadi pilihan teman-teman juga.

So, here we go!!!





Walau nama pengarang Indonesia banget, aslinya novel ini berbahasa Inggris karena penulis tinggal di Singapura. Cerita Rainbirds sendiri nggak ada bau-bau Indonesia-nya sama sekali, malah ber-setting di Jepang dengan suasana Jepang banget. Kalau kalian suka nonton film Jepang, pasti ngerti maksud gue. Untuk hal ini, penulis gue acungi 2 jempol!

Secara garis besar, Rainbirds bercerita tentang Ren Ishida, mahasiswa nyaris lulus, yang menyelidiki kehidupan almarhum kakak perempuannya, Keiko, yang beberapa tahun sebelumnya memutuskan untuk hidup sendiri di kota lain berpisah dari Ren dan orang tua mereka. Ketika mendapatkan kabar kalau Keiko terbunuh, Ren segera berangkat ke Akakawa. Urusan dengan polisi membuat Ren harus tinggal di kota kecil itu untuk waktu yang cukup lama. Tanpa ia sadari, Ren pun malah masuk ke kehidupan Keiko: tinggal di rumah yang pernah disewa Keiko, bekerja sebagai guru menggantikan Keiko, dan menyusuri rahasia yang disimpan Keiko.

Kenapa gue rekomendasiin buku ini? Karena menurut gue, buku ini berhasil menampilkan dinamika kakak-adik dengan sangat realistis. Lewat kenangan Ren akan Keiko, kita akan melihat betapa baiknya Keiko menjaga adiknya, tapi di sisi lain juga betapa banyaknya rahasia yang Keiko simpan demi tidak menyakiti adiknya. Intinya, buku ini akan membuat kita merenung tentang hubungan kita dengan orang-orang yang kita cintai di sekitar kita: sudahkah kita mengenal mereka cukup dekat?


Minggu, 02 Desember 2018

Opini : Udah Tua Suka Kpop? So What???

Ceritanya tanggal 17 November yang lalu gue nonton konser Winner, EVERYDAY. YAAAYY!!! Akhirnya.... gila yaa.... one of my bucket list bangettttt!!!!! Dan di Jakarta pula! Aduh paling seneng deh udah nonton konser di negara sendiri ya, berasa tuan rumah. Kalo nonton di negara lain kan berasa cuma numpang nonton doang hahaha.

Anywaaaayy.... kali ini gue nggak mau cerita soal konser itu (yang keren banget, aselik!), tapi mau cerita tentang hal menarik dan lucu yang terjadi ke gue dalam perjalanan ke Tennis Indoor Senayan, sore sebelum konser Winner itu.

Bakal gue inget sampe gue jompo sebagai salah satu konser terbaik yang gue pernah datengin. Untung gue nggak gengsian. Hahahaha!

Jadi gue Sabtu, 17 November, itu masuk kantor dulu paginya. Supaya nggak kecapean karena rumah cukup jauh, gue nginep di daerah Glodok. Jadi pulang kantor gue check in dulu di Glodok, mandi, istirahat bentar, baru naik Transjak ke GBK. Nah, dalam perjalanan, gue duduk sebelahan sama satu cowok jangkung. Awalnya dia asyik dengerin musik di smartphone-nya (anggap aja musik yaa... gue ga denger), tapi tiba-tiba dia nanya:

Dia : "Mbak, kalo ke GBK turun di halte mana?"
Gue : "Di halte GBK, nanti turun pas di depannya."
Dia : " Kalo ke JCC deket dari situ?"
Gue : "Oh kalo ke JCC sebenernya deketan lewat halte Polda, tapi halte Polda lagi renov, jadi semua turun di GBK. Paling ntar setelah masuk, kamu jalan lurus aja deket Hotel Sultan situ."

Lalu dasar gue geblek ya... Gue malah nanya lebih jauh.

Gue : "Saya juga kebetulan mau turun di GBK sih. Btw mau ke acara apa?"
Dia : "WWC. Ibu *ho'oh IBU LHOOO!!!* mau ke sana juga?"
Gue: "Oh nggak, saya mau nonton konser."
Dia : "Konser apa? Di GBK juga?"
Gue : "Nggak, di Tennis Indoor. Konser Kpop, namanya Winner."
Dia : "Kpop? Maaf ya Bu, tapi orang seumuran Ibu masih suka Kpop?"

Gue mulai yang... Serius loe nanya gitu ke orang yang baru lo kenal dan bantuin lo nyari halte turun? tapi karena muka dia polos dan gue penasaran juga, maka gue lanjut tanya dengan lempeng aja.

Gue : "Emang kenapa dengan orang seumur saya suka sama Kpop?"
Dia  : "Yaa... biasa kan itu kesukaan anak-anak muda, yang demen teriak-teriak ngeliat cowok-cowok gitu... Kalo seumur Ibu biasanya kan udah di rumah ngurus anak..."


Senin, 12 November 2018

Belanja di Watsons yang Pasti Untung Terus!!

Halo temansss.... Kali ini gue ngepos lagi bukan untuk cerita-cerita soal pengalaman jalan-jalan gue, tapi pengalaman belanja gue di WATSONS!!

Udah pada tau tentang Watsons belum? Kalau kalian ke mal-mal terutama di Jakarta, kalian bakal nemuin toko semacam supermarket khusus untuk produk kecantikan dan kesehatan dengan bentuk seperti ini:

Watsons Pondok Indah Mal 2 -- yang sering banget gue kunjungi pas pulang kantor.
Gede kan? Lha iya, wong produk yang dijual juga banyak kok!

Awal mula gue tertarik ke Watsons berawal dari sekitar satu setengah tahun yang lalu ketika gue perlu buat beli obat maag  pas gue di Pondok Indah Mal 2. Agak jauh buat ke supermarket di lantai bawah, gue iseng masuk ke Watsons dan ngeliat, ada apa aja sih di toko ini? Wah ternyata barang-barang yang dijual banyak banget, dan banyak pula diskonnya! Selain beli obat maag, gue pun akhirnya memborong beberapa sheet mask Korea juga yang kebetulan juga dijual di sini.

Nggak lama, ada promo pembuatan kartu member Watsons di salah satu aplikasi ojek online, di mana hanya dengan menukar poin yang kita dapatkan dari penggunaan aplikasi tersebut, kita bisa dapat free membership dengan benefit poin setiap kali kita belanja di Watsons dan banyak kupon voucher. Gue pun nggak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung ke Watsons PIM 2 buat bikin kartu member-nya. Selagi bikin kartu, gue juga dijelasin sama mbak kasirnya bahwa Watsons ternyata juga punya online store, yaitu di https://www.watsons.co.id/ dan keanggotaan gue langsung bisa aktif untuk belanja di website itu juga. 

Kartu member gue. Masih yang lama, kalau yang sekarang ada versi BCA Flazz juga, bisa sekalian buat bayar belanjaan kita.

Sabtu, 10 November 2018

Review Hotel : Grand Mercure Jakarta Harmoni

Satu lagi hotel yang terletak di kawasan strategis Gajah Mada-Hayam Wuruk yang gue review dan gue rekomen banget: Grand Mercure Jakarta Harmoni.

cr: agoda.com

Kalau kemarin gue nginep di Hotel Harris Vertu yang deket banget ke halte Harmoni, kali ini Grand Mercure Jakarta Harmoni posisinya pas banget di sebelah halte Sawah Besar. Di sebelah Grand Mercure Jakarta Harmoni, ada juga Hotel Ibis Jakarta Harmoni (yang gedungnya ada merah-merahnya itu). 

Btw, kenapa sih gue demen banget nginep di daerah Harmoni ini? Karenaaaa... tempatnya strategis banget buat yang mau jalan-jalan di Jakarta. Misalnya hanya dengan jalur koridor 1 Transjakarta Blok M-Kota, kita udah bisa berkunjung ke: Blok M (kalo malem, coba kuliner lesehan di Blok M Square deh!), Senayan (Bisa ke FX, Plaza Senayan, Senayan City, dan Pacific Place buat kalian pencinta mal atau menikmati car free day di sepanjang Sudirman-Thamrin di hari Minggu), Monas, Museum Nasional, Glodok, dan Kota Tua. Kalo mau ke Pasar Baru tinggal ganti ke koridor 3 di Halte Harmoni. Buat orang luar Jakarta yang pengin jalan-jalan di Jakarta tanpa macet dan ribet, gue saranin kalian stay di daerah ini deh!! 

Sekarang, kita balik ke cerita soal hotel ya...

Lobi hotel yang nyaman

Hotel Grand Mercure Jakarta Harmoni adalah hotel bintang 4, maka nggak heran interiornya cukup mewah dan nyaman walau minimalis. Gue milih kamar Superior Twin Room di lantai non-smoking. O iya, hotel ini punya lantai untuk smoking juga, tapi kebanyakan non-smoking. Nuansa putih-tosca dari kamar gue langsung bikin mata seger, padahal gue sampe dalam keadaan capek karena baru pulang dari acara kantor di Dunia Fantasi, Ancol. Kamar cukup luas dengan tempat tidur nyaman, ada juga kursi dan meja kerja.



Minggu, 28 Oktober 2018

Review Hotel : Santika Premiere Beach Resort Belitung, Sijuk


Seperti yang udah gue janjiin, kali ini gue akan bercerita tentang hotel yang gue inapi selama ke Belitung bareng KGVC. Hotel Santika Premiere Beach Resort ini, buat gue adalah hotel yang sangat pas buat kalian pilih selama kalian berkunjung ke Belitung. Berikut alasannya:

1. Letaknya Strategis Banget!!

Hotel ini terletak di Sijuk, dan dekeeettt banget sama Pantai Tanjung Tinggi (tempat syuting Laskar Pelangi yang penuh batu-batu granit cantik dan hamparan pasir putih serta air lautnya yang biru keren banget buat foto-foto) serta Pantai Tanjung Kelayang (tempat mulai island hopping). Ketika udah cape island hopping dan basah-basahan, bisa sampai ke hotel dengan cepat untuk berbilas dan istirahat adalah sesuatu yang luar biasa banget!

Kalian bisa lihat di google maps. Kenyataannya, dari Pantai Tanjung Kelayang ke Hotel Santika nggak sampai 10 menit naik bis karena jalanan di sana sepi.

2. Kamar dengan Pemandangan Laut

Ini juga suatu hal yang kita cari banget kan, kalau kita berlibur ke pantai? Santika Premiere Beach Resort ini punya banyaaak kamar yang memiliki pemandangan laut. Enaknya lagi, di balkon tiap kamar ada sofanya sehingga kita bisa duduk-duduk di sana menikmati pemandangan.

Di pagi hari, air laut surut. Kalian bisa jalan-jalan di sepanjang pantai sambil berfoto-foto. Kalian juga bisa berenang dan menikmati pemandangan laut atau simply kayak gue, numpang tidur-tiduran di kursi malasnya aja. 



Kamis, 25 Oktober 2018

3 Hari 2 Malam di Belitung dengan Kompas Gramedia Value Card

Pada tanggal 24 - 26 Agustus 2018 yang lalu (bangett), gue sama nyokap ikutan open trip dari Kompas Gramedia Value Card ke Belitung. Kok bisa ikutt??? Ya kan kebetulan punya Kompas Gramedia Value Card, trus gue liat harganya lumayan oke, Rp. 3,8 juta per orang udah all in, yang artinya udah termasuk pesawat, hotel, makan, minum, bis, biaya sewa perahu, peralatan snorkelguide, foto-foto daaan.... aneka merchandise dan hadiah!!!! Okelah yaaa harganya. Jadi cusss deeeh!!!



Oiya, sebelum gue cerita lebih jauh soal trip ini, gue mau kasih info soal Kompas Gramedia Value Card ini supaya lo pada bikin. Hahaha... KGVC sebenernya adalah kartu BCA Flazz siih, tapi dengan fasilitas diskon dari Kompas Gramedia Group. Yang paling gampang, kalo belanja buku-buku terbitan Kompas Gramedia di Gramedia, kalian bisa dapet diskon 10% atau lebih kalo lagi ada promo. Makan dan minum di beberapa restoran partner, misalnya di Cozyfield, juga bisa dapet diskon. Nginep di Santika--ini punyanya Kompas Gramedia Group juga lhoo..--dapet diskon juga. Informasi lebih lanjut bisa kamu liat di sini. Dan KGVC juga suka bikin acara open trip buat anggotanya. Yang pertama adalah ke Belitung ini, dan berikutnya di November nanti ada acara rafting ke Citarik, Sukabumi. Selanjutnya, tentu masih banyak destinasi menarik yang udah direncanain. Jadi, ga ada salahnya kalo kalian bikin kartunya di  Gramedia secepatnya.

Kembali ke tripnya.

Ini itinerary kami--buat yang mau ikutin:

24 Agustus 2018:
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Terminal 2F naik Sriwijaya Air flight 06.20 - 07.20 WB
Sarapan Mie Belitung dan Es Jeruk Kunci di Hanggar 21
Ke Gantong untuk lihat-lihat replika sekolah Laskar Pelangi
Ke Museum Kata Andrea Hirata
Ke Kampoeng Ahok, Manggar
Makan siang di Restoran Fega
Minum kopi di Warkop Millenium
Ke Vihara Buddhayana Dewi Kwan Im
Ke Pantai Burung Mandi
Makan Malam di restoran Raja Seafood, Tanjung Pandan
Ke Santika Premier Hotel, Sijuk

25 Agustus 2018:
Ke Tanjung Kelayang untuk siap-siap island hopping
Naik kapal ke Pulau Pasir, Batu Berlayar, Pulau Burung, Pulau Lengkuas (makan siang nasi kotak)
Snorkeling dekat Pulau Lengkuas
Kembali ke hotel
Workshop Coffee Latte Art dan BBQ Dinner di Kampung Dedaun dan menikmati Kopi Janggut

26 Agustus 2018:
Ke Pantai Tanjung Tinggi tempat syuting Laskar Pelangi
Belanja suvenir dan makanan
Makan siang di Dapur Belitong
Minum kopi Kong Djie
Ke bandara H.A.S. Hanandjoeddin, kembali ke Jakarta pukul 14.55.
Mari mulai cerita panjang ini dari.... hari pertama.

Pede jaya rumah kami jauh banget dari Soetta, gue dan nyokap jam 2 pagi udah berangkat ke bandara hanya untuk mendapati kalau kami udah sampe di sana jam setengah 3 pagi karena jalanan masih kosong dan tol baru bikin jalan ke Soetta jadi cepet buanget. Hahahaha... Padahal jam kumpul adalah jam 4 pagi, dan pesawat berangkat jam 6 pagi. Alhasil, belum ada panitia satu pun di sana dan kami berdua ikut tidur di kursi layaknya turis-turis flight pagi di sana. Sekitar jam setengah 4, panitia dan beberapa peserta sudah datang, kami pun bergabung. Langsung dikasih minum, roti, serta topi merah yang harus kami pakai sebagai penanda, sebelum akhirnya naik pesawat. Bagasi semua udah diurus tim KGVC dan tas kami satu per satu dikasih tag nama.

Flight nggak delay, tapi kan ini pertama kali gue naik pesawat domestik yaa.... setelah bertahun-tahun lalu pas zaman Adam Air masih ada (sungguh!)--beberapa tahun terakhir gue cuma bolak-balik Singapore (bukan nyombong!) naik Air Asia dan terakhir (lagi-lagi bukan nyombong!!) ke Seoul naik Singapore Airlines, jadi gue agak syok juga mendapati pramugari-pramugari jualan barang di atas pesawat hahahaha! Kata temen gue emang biasa gitu. Jadi setelah penumpang dikasih kacang dan air minum, mereka lewat lagi tuh bawa gerobak dagangan dan mulai buka lapak. Aku terpana!!! Untungnya, dengan aktivitas ini, perjalanan sejam jadi nyaris nggak berasa, kami pun mendarat di bandara H.A.S. Hanandjoeddin yang statusnya udah internasional tapi ternyata cuma ada 2 pesawat lokal di sana. Aselik, ini bandara bisa buat tempat lari-larian saking kosongnya!!

Pesawatnya cuma 2. Sriwijaya yang kami naiki dan Citilink yang mendarat sebelumnya. Naik-turun nggak pakai belalai tapi tangga ya.


Sabtu, 21 Juli 2018

Review Hotel : Harris Vertu Harmoni

Pada saat libur Idul Fitri yang lalu, gue jalan-jalan ke daerah Pasar Baru bareng temen-temen kantor. Iseng aja sih, namanya juga libur lama kan yaa... Daripada bengong di rumah atau musingin PR kantor yang segabrek itu tapi males juga mau ngerjainnya... Pada hari yang sama, keluarga gue juga diundang makan malam di Hotel Borobudur. Jadi kepikiran, mending nginep aja di daerah situ gimana? Jadi kan ada waktu buat mandi dan santai-santai lah. Maklum, rumah gue kan letaknya udah beda provinsi. Mikir-mikir mau nginep di mana, kepikiranlah nyobain hotel baru di bilangan Harmoni, Jakarta Pusat, yaitu Harris Vertu.

Hotel yang terletak nggak jauh dari Harmoni Central Busway ini unik, karena berbagi gedung dengan hotel lainnya, yaitu Yello Hotel. Sementara Harris Vertu punya lobi di sisi depan gedung, Yello Hotel punya lobi dari sisi belakang gedung. Lobi Harris Vertu ada di lantai 5 karena di bawahnya ada tempat belanja dan makan. Jadi, ketika kalian masuk ke gedungnya, kalian akan diarahkan untuk naik lift ke lantai 5, baru deh ketemu resepsionisnya!

Lobi Harris Vertu yang memanjang. Lift di sisi kiri beserta kursi-kursi buat menunggu atau kalau ada janji temu, di kanan ada meja resepsionis dan komputer untuk tamu dengan akses internet. Lurus terus adalah restoran, Voyage.

Buat Yello Hotel sendiri, berhubung gue nggak nginep di sana, jadi gue nggak akan ceritain di sini. Doain aja gue banyak rezeki jadi bisa nginep di situ dan bisa berbagi cerita yaa... Amiiin.

Kesan pertama begitu sampai di lobi hotel Harris Vertu adalah: modern, bersih, rapi, classy. Meja resepsionis terletak nggak jauh di sisi kanan depan lorong lift sementara di sisi kiri ada restoran Voyage. Berhubung gue udah booking pakai nama Bokap sedangkan Bokap belum dateng, gue agak serem juga sih kalo gue ditolak masuk kamar, apalagi gue dateng dengan kondisi butek abis jalan-jalan keliling dari Katedral, Masjid Istiqlal, lalu muter-muter Kota Tua. Tapi ternyata nggak ada masalah. Seperti proses check in biasanya, gue memberikan KTP dan kartu kredit, tanda tangan formulir, lalu gue dikasih 2 buah kartu akses kamar. Kartu ini penting banget dibawa karena kita baru bisa naik lift ke lantai kamar kita kalau kita sudah tapping kartu kita di lift. Jadi fungsi dikasih 2 kartu adalah, 1 kartu buat kita bawa-bawa, satu lagi buat dicolokin di deket pintu buat nyalahin listrik di kamar. Selain itu, gue juga dikasih password wifi.

nuansa abu-abu, putih, dan oranye/kuning.


Sampai di kamar....!!!!


Senin, 09 Juli 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 4 - Random Stories


Akhirnya kita berjumpa di pos terakhir gue tentang Seoul.

Udah agak basi sebenernya karena udah sebulan lewat dari trip gue ke sana... tapi masih berkesan di hati siiih.... Hahaha. Kali ini gue akan membagikan cerita jalan-jalan gue yang nggak pakai Discover Seoul Pass beserta hal-hal random yang gue temui di Seoul. Dimulai dari....

1. SANNAKJI

Sannakji adalah makanan khas Korea Selatan berupa.... gurita hidup yang dimakan selagi masih kejet-kejet. Jijik? Embueeerrr.... Merasa berdosa pas makan? Embuerrrr..... Tapi gue nyobain dan suka. Hahahaha.... Lha kok?

Jadi gini, sebenernya, gue nggak pernah menargetkan untuk makan sannakji di Korea Selatan sih. Malah, kepikiran aja nggak. Cuma, waktu gue sama Anggi jalan-jalan ke Gwangjang Market, kami ngeliat satu kedai yang jual makanan dari hewan-hewan laut mentah. Entah apa namanya di Korea Selatan, yang pasti kalo di Jepang ya sashimi gitu deh yaaa. Naaah salah satunya adalah sannakji ini. Sebenernya gue nggak bakalan ngeh kalau kedai yang gue dan Anggi lewatin jual gurita hidup kalo nggak karena ada beberapa orang lagi makan itu waktu kami lewat. Walau agak horor ngeliat makanan di piring masih menggeliat-geliat, tapi kok penasaran juga ngeliat orang-orang yang makan kayak menikmati banget.... Makan... nggak... makan... nggak...



Setelah gue perhatikan lebih lanjut, ternyata sannakji yang dijual si nenek di kedai bukanlah gurita utuh melainkan cuma lengannya. Jadi, gurita yang ada di akuarium di kedai itu bakal dimutilasi gitu sama dia secukupnya... (oke ini malah kedengeran lebih kejam, tapi gurita kan emang punya kemampuan menumbuhkan lagi lengannya yang putus--walau entah sakit apa nggak pas putus) lalu lengannya itu dipotong-potong lagi kecil-kecil sebelum akhirnya disiram pakai minyak wijen dan wijennya, lalu disajikan bersama saus cabai dan kecap asin. Gue pikir, wah kayaknya aman dimakan niih... dan penasaran juga sih, udah sampe Korea Selatan masa makanannya cuma mentok di yang di Jakarta juga ada macam kimbap, bibimbap, galbi, samgyetang? Jadi gue pun memutuskan untuk memesan satu porsi. Si Anggi tadinya nggak mau, tapi karena penasaran, akhirnya dia mau nyoba juga. Kami pesan satu porsi aja karena harganya lumayan mahal, 15.000 won seporsi. Tapi karena si nenek baik bener, kami malah dikasih dua gelas air putih, dua pasang sumpit, dan dua yakult. Plus satu rumput laut kemasan. Jadi intinya, makan di situ boleh seporsi buat lebih dari satu orang.


Lalu tibalah saat yang menegangkan, di mana akhirnya potongan lengan gurita yang masih bergerak-gerak itu disajikan di depan mata!!!! Satu... dua... tiga... HAP! masuk mulut. Ternyata enak rasanya. Hahahah. Lebih tepatnya, nggak ada rasanya sih, cuma asin-asin dikit. Tapi karena pakai saus cabai dan kecap asin, jadinya enak. Lengan guritanya lebih lembut daripada yang di sashimi sehingga mudah dikunyah dan gerakan-gerakannya nggak begitu terasa di dalam mulut. Mungkin karena udah dipotong pendek-pendek. Nggak perlu waktu lama buat menghabiskan seporsi sannakji ini dan nggak perlu pake maksa buat makannya.

Kasian guritanya, lengannya dipotongin terus buat dimakan...

Selain gue dan Anggi, ada juga orang Indonesia yang makan di sana, sepasang suami-istri atau pacaran mungkin--entahlah. Walau awalnya kelihatan jijik, setelah makan, mereka juga bilang sannakji itu enak kok. Jadi layak coba dong yaaa....

Tapi satu sih... setelah gue sampai di Jakarta trus gue mikir-mikir lagi, kok ya rasanya gue nekat juga. Masalahnya, tentakel guritanya dipotong langsung dari gurita yang ada di akuarium. Walau udah dicuci sebelum disajikan, tetap aja akuarium tempat si gurita tinggal itu kan belum tentu bersih dari kuman atau apalah mikroorganisme yang ada di air itu. Jadi sebenarnya, walau peluang keselek tentakel sudah minimum karena tentakel udah dipotong kecil-kecil, peluang keracunan makanan yaaa tetap ada. Untung aja waktu itu gue baik-baik aja. Mungkin itu fungsi Yakult-nya? Entahlah. Namun yang pasti, kalau kalian mau nyoba makan sannakji, pertimbangkan juga kemungkinan ini yaa.... Kalau berani ambil risiko, sebaiknya pastikan kalian beli asuransi perjalanan yang menanggung biaya rumah sakit secara maksimal!


Minggu, 17 Juni 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 3 - Comfortable Stay

Jumpa lagi di pos ke-3, di mana gue akan ngomongin soal tempat gue dan Anggi nginep selama di Seoul (dan numpang lewat di Incheon).



Gue tipe orang yang lebih senang tinggal di hostel ketimbang hotel. Alasan utama tentu soal duit karena hostel pasti lebih murah daripada hotel, terutama kalo gue solo traveling. Ketimbang bayar satu kamar hotel yang sebenarnya berkapasitas untuk 2 orang, mendingan bayar satu kasur di dorm. Nggak apa-apa sharing kamar rame-rame, toh kita bakal lebih banyak ngabisin waktu di luar ketimbang di hostel. Selain masalah pengiritan, gue juga ngerasa suasana di hostel lebih nyaman dan kekeluargaan ketimbang hotel. Kita bisa ngobrol sama staf resepsionisnya yang biasanya ramah, juga sama tamu-tamu lain. Berbagi tips dan rekomendasi perjalanan sembari makan pagi di common room. Buat gue itu sih juara! Tapi, karena perjalanan kali ini gue lakukan berdua sama Anggi, dan ternyata di Seoul banyak yang nawarin private room dengan harga murah khas hostel, gue dan Anggi lebih milih private room ketimbang dorm. Bisa dibilang hal ini menyenangkan banget, karena di samping dapat kamar privat ala hotel yang pastinya ngasih gue dan Anggi ruang buat bebas bongkar-bongkar koper, benefit dari hostel yang biasanya gue dapet kayak bisa ngobrol-ngobrol dan harga ngirit pun gue dapetin juga.

Selama 5 malam kami di Seoul dan Incheon, kami tinggal di 3 hostel. Pertama Hostel Tommy di daerah Jongno (selama 2 malam), kedua K Grand Hostel Ewha di daerah Ewha Women's University-Sinchon (selama 2 malam), dan terakhir K-Guesthouse Incheon Airport Town 1 di daerah Unseo, Incheon (selama 1 malam). Kenapa pindah-pindah? Karena menyesuaikan dengan tempat jelajah kami. Selama tanggal 25-27 Mei, kami berencana ke tempat-tempat yang bisa pakai Discover Seoul Pass, yang kebanyakan di daerah Jongno atau sekitarnya. Tanggal 27-29 Mei, kami berencana ke daerah perbelanjaan dan fashion street universitas. Daerah Ewha Women's University terkenal dengan produk fashion dan kecantikan karena banyak mahasiswi di daerah ini. Selain itu, daerah perbelanjaan terkenal lainnya, Hongdae, juga dekat situ. Di hari terakhir, yaitu 29 dan 30 Mei, flight kami pagi, yaitu jam 9 pagi. Oleh karena itu, kami harus tiba di Incheon lebih pagi. Akan lebih aman kalau sudah menginap di daerah sana karena Incheon cukup jauh dari Seoul. Maka kami pindah ke Unseo, Incheon.

Oke, sekarang mari mulai cerita soal hostel, dimulai dari:


Alamat: 66 Donhwamun-ro, Jongno-Gu.
Cara ke sana kalau naik kereta: Turun di stasiun Jongno-3(sam)-ga lalu keluar di Exit 7 tinggal jalan kaki lurus sampai ketemu gedung di sebelah kanan yang ada papan Hostel Tommy-nya. Kalau kamu bawa koper, enaknya naik lift di Exit 8, nyeberang jalan kecil dulu baru jalan kaki lurus.
Seperti udah gue bilang di pos sebelumnya, daerah Hostel Tommy ini asyik banget buat kalian yang mau ngunjungin istana-istana. Donhwamun adalah nama gerbang istana Changdeokgung, yang berarti di ujung jalan, kalian langsung sampai ke Changdeokgung (yang nempel sama Changgyeonggung). Selama perjalanan dari stasiun kereta ke hostel, kalau kalian menoleh ke kanan, akan kelihatan tembok batu. Naah... Itu adalah tembok Jongmyo Shrine. Kalian tinggal jalan menyusuri tembok ke arah yang berlawanan dari arah hostel untuk menemukan gerbang Jongmyo Shrine. Di depan Jongmyo Shrine, ada taman cantik buat duduk-duduk santai dan foto-foto. Setelah taman, ada jalan raya di mana kalau kalian naik bis bisa sampai ke Gwangjang Market dalam hitungan menit doang. Selain istana-istana, daerah ini juga ramai kalau weekend. Banyak anak muda makan di warung-warung yang digelar di pinggir jalan. Gue dan Anggi pengin nyoba makan di sana juga, tapi pas liat-liat, kok harganya mahal semua. Gak jadi deh. Hehe.

Trotoar dari stasiun kereta ke Hostel Tommy. Hostel Tommy masih di depan. Jalanannya cukup nyaman untuk narik-narik koper. Itu ada gang ke kanan, kalo belok udah keliatan Jongmyo Shrine.

Suasana hostelnya sendiri gimana? Pertama, nggak tersedia eskalator atau lift di hostel ini tapi nggak naik tangga banyak-banyak buat sampai ke resepsionisnya di lantai 2. Nggak begitu masalah kalau kalian dapat kamar di lantai 2, tapi kalo kalian dapat kamar di lantai 3... lumayan juga sih gotong-gotongnya... Gue bilang sih enakan bawa koper ukuran kabin aja ketimbang yang gede-gede karena bakal susah gotong-gotongnya. Oiya, buat yang bawa koper gede buanget dan kira-kira nggak muat ditaruh di kamar, ada tempat buat nitip koper juga, tapi buat gue pribadi bakal lebih susah buat bongkar-bongkar isinya. 

Waktu gue dateng ke sana, pemilik hostel, Mr. Tommy, yang menyambut kami dan beliau ramah luar biasa. Entah kenapa, beliau juga meng-upgrade kamar kami dari double room menjadi family room tanpa tambahan biaya. Hehe rezeki first timer kali ya? Pembayaran dilakukan tunai ketika check in dan gue milih bayar cash. Nggak ada uang deposit. Dan seperti biasa, pasport bakal di-scan untuk keamanan.

Tempat tidur bunk bed dan double.

Kamar kami cukup luas karena family room, terdiri dari 1 kasur ukuran double dan sepasang bunk bed. Ada meja, hair dryer, gantungan baju, 4 handuk kecil untuk mandi. Di kamar mandi udah disediakan sabun dan shampo. Colokan listrik ada, dan sama kayak di Indonesia, buat 2 kaki. Oh, ada kulkas juga di kamar!

Kamar mandinya. Bersih walau kecil.

Untuk common room-nya, persis seperti foto di booking.com, malah lebih luas. Nyaman banget! Kita bisa bebas menggunakan komputer dan internet untuk browsing tempat jalan-jalan, dan hostel juga menyediakan booklet untuk wisatawan dan kliping tempat makan dan daerah wisata di sekitar situ. Sarapan terdiri dari roti, sereal, dan telur yang harus dimasak sendiri. Untuk minum ada susu dan aneka jus sementara air mineral tersedia 24 jam. Sehabis makan, kita harus cuci piring dan gelas kita sendiri ya!

resepsionis di kiri, lalu dapur dan meja makan. Di sebelah kanan nggak masuk di gambar adalah ruang santai. Foto dari booking.com karena gue lupa foto. Itu di meja merah ada buku-buku. Naah, itu kliping panduan tempat makan dan tempat wisatanya. Di belakang meja merah ini ada komputer.

Wifi di tempat ini kencang dan stabil banget. Nggak heran ya, Korea Selatan gitu lhooo!

Kalau kita mau pulang malam, pintu sudah dikunci, tapi kita bakal dikasih password-nya. Jadi, nggak ada larangan pulang malam atau pagi ya. Tapi jangan berisik selama berjalan di koridor!

Gue suka banget sama hostel ini. Nggak heran, di booking.com komentar tentang hostel ini memuji semua. Abis, emang gak ada yang bisa di-complain sih!


Sabtu, 09 Juni 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 2 - Fangirling Time!!!


Jumpa di pos ke-2!!!

Btw kalo ada yang bingung itu foto patung apaan di atas, itu adalah patung Gangnam Style, sodara-sodara! Letaknya di depan Coex Mall, Gangnam. Kalau mau ke sini, bisa naik kereta turun di Bongeunsa Station keluar di Exit 7 atau Samsung Station keluar di Exit 6. Atau kayak gue dan Anggi, naik bis 143 dari depan Jongmyo Shrine--walau nggak disarankan karena lamaaa banget sampenya. Ya kecuali kamu pengin liat-liat pemandangan ya nggak apa-apa juga siiiih... Soalnya kereta kan banyakan di terowongan sedangkan bis di jalanan dan sempet nyeberang sungai Han juga, jadi pemandangannya cukup menarik.

Yang mau gue ceritain kali ini adalah seputar tempat-tempat yang bisa kamu didatengin dan barang-barang yang bisa kamu beli kalau kamu pencinta Kpop. Selepas Discover Seoul Pass, gue dan Anggi emang banyak menghabiskan waktu ke tempat-tempat yang berbau Kpop dan karena kami berdua SM stan alias ngefans sama artis-artis SM Entertainment (gue Super Junior dan NCT, Anggi TVXQ OT5 dan SHINee), daerah Gangnam dan Cheongdam jadi fokus kami banget.

Ini pintu masuknya. Begitu masuk, kita akan disambut dengan video artis-artis SM. Naik eskalator, foto artis-artis SM pun bertebaran. Siap-siap jantung, yaa...

Tempat pertama yang kami kunjungi udah gue ceritain sedikit di pos sebelumnya yaitu SM Town Coex Artium (sekarang namanya kalo menurut website resmi SM Entertainment adalah SM Town Theme Park in the City), di mana di dalamnya terdapat SM Museum dan SM Theater. Keduanya bisa dimasuki secara free dengan Discover Seoul Pass. Cara ke sananya gimana? Naaah... Gedung SM Town Coex Artium ini terletak 2 gedung di sebelah Coex Mall. Cara ke Coex Mall seperti yang udah gue kasih tau di paragraf pertama, tapi kalo mau langsung nongol di sebelah SM Town Coex Artium, kamu mending naik kereta turun di Samsung Station ketimbang Bongeunsa Station.

HEECHUL!!!! Baru masuk langsung pengin nemplok ke tembok...

Polaroid di mana-mana!!! Kalau kalian punya waktu seharian di sini, bisa foto-fotoin sepuasnya!!


Senin, 04 Juni 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 1 - Atur Itinerary dengan Discover Seoul Pass


Ketemu lagi di postingan soal jalan-jalan!!! Kali ini gue ke Seoul bareng sepupu gue, Anggi, selama 6 hari 5 malam. Sebenernya berangkatnya tanggal 24 Mei 2018 dari Jakarta dan pulang 30 Mei 2018 pagi dari Incheon Airport. Cuma karena landing-nya 25 Mei, jadi dihitung 6 hari aja yes!

Untuk liburan kali ini, kami nggak menggunakan jasa travel tapi modal nekat jalan-jalan sendiri. Beruntung kami menemukan informasi soal Discover Seoul Pass, yaitu kartu yang dikeluarkan Seoul Tourism Organization dan Seoul Metropolitan Government untuk membantu wisatawan asing menikmati kota Seoul. Ada 34 tempat wisata yang dapat wisatawan masuki secara gratis menggunakan DSP ini dan 30 tempat wisata lain yang memberikan diskon tiket masuk menggunakan kartu ini. Selain itu, kartu ini juga memberikan 1 kali gratis AREX alias kereta bandara express dari Incheon Airport ke Seoul Station atau sebaliknya, dan juga berfungsi sebagai T-money card yaitu kartu pembayaran untuk naik kereta, bis, taksi selama di Seoul. Untuk fungsi terakhir, kartu harus diisi dulu di stasiun kereta terdekat. Kartu DSP ini terdiri dari 3 waktu penggunaan berbeda, yaitu: 24 jam seharga 39.900 Won, 48 jam seharga 55.000 Won, dan (yang terbaru) 72 jam seharga 70.000 Won. Waktu ini bukan dihitung per hari sejak kartu kita dapatkan tapi per jam sejak kartu kita gunakan untuk pembelian tiket wisata pertama. Nanti akan gue jelasin lebih lanjut.

Waktu gue dan Anggi beli kartu ini, belum ada yang 72 jam, jadi kami beli yang 48 jam di Klook, supaya dapet diskon. Di Klook, tersedia peta tempat-tempat wisata yang ter-cover DSP, sangat membantu buat nyusun itinerary untuk melihat tempat mana aja yang letaknya deketan. Kalau lihat peta, kebanyakan tempat wisata klasik berlokasi di daerah Jongno-Gu sedangkan beberapa agak jauh di Apgujeong-Gangnam. Oleh karena itu, gue dan Anggi pun memilih tempat menginap untuk 2 malam pertama (hari penggunaan DSP) di daerah Jongno-Gu. Sisanya, kami pindah ke daerah universitas Ewha, tapi akan gue ceritain di pos berikutnya karena pos ini fokus bercerita tentang penggunaan Discover Seoul Pass. 

Ketika membeli DSP di Klook, pembeli akan diminta memilih tempat pengambilan kartu. Karena kami bakal mendarat di Incheon melalui Terminal 1 (kami naik Singapore Airlines yang mendarat di Terminal 1), maka kami memilih tempat pengambilan di Terminal 1. Hari pengambilan harus diisi dengan tepat pada saat pembelian kartu. Oiyaa... ngomong-ngomong, jika kalian mengalami kebingungan terkait DSP, kalian bisa tanya-tanya ke Customer Service di website Discover Seoul Pass lho. Klik aja tanda speech bubble di kanan bawah, Customer Service bakal langsung membalas kita dan menerangkan dengan rinci semuanya. Gue sempet nanya beberapa kali terkait tiket AREX dan SM Town Museum yang baruuu aja masuk ke daftar atraksi gratis di DSP tepat sebelum gue berangkat dan selalu mendapat penjelasan yang memuaskan.

Setelah beli DSP, tentu kami merancang tujuan kami dong. Jangan sampai 55.000 Won yang udah dikeluarkan nggak terpakai maksimal! Sayangnya, contekan rincian itinerary DSP yang efektif dan efisien susah ditemui walau gue udah utak-atik keyword Mbah Google. Jadi deh, gue dan Anggi ngerancang sendiri. Rancangan awal kami adalah seperti ini:

25 Mei 2018
Jongmyo Shrine : 1.000 Won
Changdeokgung : 3.000 Won
Changgyeonggung : 1.000 Won
Gyeongbokgung : 3.000 Won

26 Mei 2018
Teddy Bear Museum : 10.000 Won
N Seoul Tower Observatory Deck : 10.000 Won
Grevin Museum :18.000 Won
Coex Aquarium : 28.000 Won
SM Town Museum : 18.000 Won
SM Town Theater : 15.000 Won

27 Mei 2018
MBC World : 18.000 Won

Kalau semua berjalan sesuai rencana, total pengeluaran tiket sudah 125.000 Won. Berarti kami bisa hemat 70.000 Won dengan DSP. WOW!! Semangat banget kan jadinya???? Tapi apa semua rencana bisa terlaksana? Ternyata tidak. Mwahahahah.... Mari dibaca ceritanya satu per satu.


Sabtu, 12 Mei 2018

Jalan-jalan ke Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta

Gue lagi nganggur beberapa hari Minggu yang lalu. Sesuatu yang jarang, karena biasanya gue latihan keroncong di gereja. Tapi karena jadwal pelayanan selanjutnya jatuh di hari kerja yang gue nggak bisa cuti, jadilah gue beristirahat dulu. Gue pikir Minggu ini gue bisa leyeh-leyeh di rumah. Siapa sangka, Bokap malah nyuruh gue nemenin ke bandara buat nganter tamunya pulang ke Taiwan. Maklum, Bokap males bawa mobil dan lebih milih naek bis bandara dan gue kan lebih jago ya soal pertransportasi-umuman. Jadi yaa sudahlah, let's go ke bandara!


Yang kami tuju hari ini adalah Terminal 3, terminal paling anyarnya Bandara Soekarno-Hatta, karena pesawat tamu bapak gue berangkat dari terminal ini. Buat gue pribadi, ini adalah pengalaman kedua gue setelah pas ke Singapore Maret lalu. Terminal 3 jadi terminal favorit gue karena desainnya yang simpel, membuat terminal ini kelihatan luas dan nggak ngebingungin dengan lorong-lorong kayak terminal lainnya dan... banyak tempat jajan. Hahahaha. Ketauan banget tukang jajan!

Kami pergi naik Gocar ke Pondok Indah Mal 2 dan langsung naik bis JAConnexion punya PPD buat ke bandara Soekarno Hatta. Tarifnya Rp 35.000 per orang dan lewat tol JORR. Jarak tempuh sekitar 1 jam. Bis ini sepertinya belum sepopuler Damri yang mangkal di Terminal Lebak Bulus karena bisnya masih sepiiii banget. Alhasil, ketimbang berhenti di semua terminal, si sopir nanya dulu penumpangnya pada turun di mana. Hari itu, semua penumpang turun di Terminal 3, jadi bis langsung ke Terminal 3.

Bis JAConnexion ini berangkat sejam sekali dari PIM 2, entah kalo dari mal-mal lain. Oiya, bis ini mangkalnya di mal-mal ya, kayak Mal Taman Anggrek, Plaza Senayan, dll. Bisnya bersih dan ada wifi-nya. Kalau mau tau seputar bis ini, di-google aja yak. Informasinya banyak kok. Ketik kata kunci JAConnexion aja udah langsung keluar.

Jadwal bis JAConnexion. Liat jadwal paling malamnya tuh jam 8, kira-kira sampai bandara jam 9. Kalau kamu mendarat lewat dari jam itu, mending langsung cari taksi aja.
Gue dan Bokap naik yang jadwal jam 9 pagi, sampai di Terminal 3 jam 10 pagi. Hari Minggu sih yaa jadi nggak macet.

Nah sekarang soal Terminal 3, terminal favorit gue di Soetta. Gue heran, banyak yang bilang kalau bandara ini gede banget dan ngebingungin. Bahkan temen kantor gue yang lebih sering terbang daripada gue juga berpikir kayak gitu. Padahal sebenarnya nggak gitu-gitu amat deh. Gede iya, tapi ngebingungin nggak, karena dari ujung ke ujung tuh semua keliatan dan papan informasi serta kru bandara ada di mana-mana. 


Setelah turun di bagian keberangkatan internasional, gue menaruh tas untuk dicek, lalu masuk. Inilah pemandangan yang gue dapetin di dalam terminal kalo gue nengok ke sebelah kanan. Rangkaian counter check in dari berbagai maskapai. Untuk keberangkatan internasional pastinya, karena gue kan masuk di bagian internasional. Untuk domestik, masih terus jalan lurusssss....  Lambang dan nama maskapai jelas terpampang di atas counter. Tersedia juga alat untuk self check in. Jadi kalau kamu pergi nggak bawa bagasi, cuma tas yang bisa masuk kabin, kamu bisa self check in langsung di alat ini. Tapi kalau bisa web check in mending web check in aja biar nggak ribet dan bisa langsung masuk imigrasi yang ada di sebelah kiri pintu masuk.

Di sebelah kiri, ada Secure Bag alias tempat untuk membungkus koper kita. Jadi, kalau kamu takut koper kamu rusak selama penerbangan, kamu bisa ngebungkus koper kamu pake plastik di sini. Tapi bayar yaa..

Di depan mata, setelah kursi-kursi untuk menunggu dan juga beberapa display tanaman, kita akan disuguhi pemandangan berbagai macam restoran mulai dari Shaburi, Paper Lunch, Bakmi GM, sampai Starbucks. Ada juga mini market dan toko buku. Kebanyakan restoran menyajikan pemandangan ke landasan juga. Jadi sambil makan atau minum nunggu jadwal keberangkatan, kita bisa nontonin pesawat datang dan pergi.

Ini pemandangan dari Bakerzin, tempat gue makan kemarin. Seru juga ngeliatin pesawat mendarat dan lepas landas.
Bagian kedatangan tempat kita masuk adalah di lantai atas, sementara lantai di bawahnya cuma diperuntukkan untuk penumpang rute internasional yang udah check in alias punya tiket pesawat--kalo cuma nganter kayak gue nggak boleh masuk! Di bawah sebenarnya lebih keren lagi restoran dan toko-tokonya, tapi karena gue bukan penumpang, gue nggak bisa fotoin deh.


Minggu, 22 April 2018

Tips Menikmati Konser Kpop di Indonesia





Pencinta Kpop mana pun pasti memasukkan "nonton konser Kpop" dalam salah satu daftar Things To Do Before I Die-nya. Silakan ganti kata "Kpop" jadi grup bias kamu, bisa EXO, BTS, iKON, Twice, dll. sesuai selera. Gue pun begitu. Buat gue yang SM stan kelas berat, rasanya konser semua artis SM gue pengin nonton, baik yang konser tunggal maupun konser gabungan macam SM Town dan Music Bank. Dan nonton konser tuh nggak pernah cukup cuma sekali karena konsep setiap konser dari satu artis biasanya berbeda dengan yang lainnya. Jadi, kalau bisa, semua didatengin. Sayangnya, kita sebagai fans selalu terbentur satu masalah: DUIT.

Harga tiket Kpop terkenal lebih mahal dibanding konser-konser musik lain. Nggak heran, karena konser Kpop nggak sekadar menyajikan idola yang menyanyi dan menari tapi biasanya diikuti pula dengan desain panggung yang wah, tata cahaya yang poll abis, dan juga sound system yang oke. Selain itu, durasi konser Kpop juga biasanya lama, 3 jam bahkan bisa lebih, dan artis-artisnya banyak melakukan fanservice yang menjadi pengalaman tak terlupakan untuk fans yang hadir. Tapi ya itu... kepuasan itu memang harus dibayar dengan harga yang lebih mahal.

Masalah duit ini bukan hanya dialami oleh fans-fans usia sekolah dan kuliah yang belum punya penghasilan kok. Untuk gue yang udah kerja pun hal ini masih jadi masalah. Gaji sih emang dapet, tapi kan kebutuhan juga meningkat dan gaji nggak semata-mata uang nganggur yang bisa dihambur-hamburkan buat nonton konser kaan.... Namun, seperti gue bilang tadi, bener banget kalau nonton konser idola kamu tuh harus masuk daftar Things To Do Before I Die dan gue sangat menyarankan untuk setiap Kpopers untuk paling nggak sekali aja nonton idolanya secara langsung (walau selanjutnya kamu bakal ketagihan).

Berbekal pengalaman gue ke 7 konser Kpop selama 8 tahun terakhir ini (6 di Indonesia, 1 di Singapore), gue akan ngasih tips ke kalian yang gue harap bisa menyemangati kalian untuk beli tiket dan dateng ke konser idola kalian dengan nyaman dan kepuasan maksimal.

TIPS 1 : MAU NONTON KONSER YANG MANA?

Gue cuma ngomongin soal konser di Indonesia, ya, karena pasti kalo konser di luar negeri butuh lebih banyak persiapan dan pertimbangan. Selain itu, gue sih lebih suka nonton konser di Indonesia karena artis-artisnya bakal banyak bicara bahasa Indonesia atau nyanyi lagu Indonesia. Berasa lebih spesial aja gitu.

Biasanya, Indonesia adalah negara kesekian dalam urutan negara yang akan dikunjungi si artis dalam rangkaian turnya. Kalau beruntung, jadwal komplet sudah diumumkan dari awal sehingga kamu bisa atur rencana dengan matang. Kalaupun nggak, siap-siap aja dulu. Ikuti akun-akun sosial media promotor, kali-kali aja mereka ngasih bocoran bakal bawa artis tersebut ke Indonesia. (Mecima Pro // IME Production //  Dyandra Promosindo) atau website berita Kpop Indonesia (Korean Updates // Koreanindo).

Dalam setahun, artis yang datang bisa lebih dari satu. Buat yang single fandom, hal ini nggak masalah karena udah jelas yang diincar konser yang mana. Buat yang multifandom, kamu harus pikirin masak-masak budget kamu dan timing konsernya, mana yang dirasa paling pas. Jangan sampai uang kamu ludes karena kebanyakan nonton konser dan jangan sampai juga nilai kamu jeblok gara-gara nonton konser pas musim ujian. Buat yang udah kerja, perlu pikirin juga saat-saat kerjaan sedang numpuknya atau saat-saat dapet THR atau bonus. Selain itu, coba browsing fancam konser tersebut pas turnya singgah di negara lain. Lihat dulu kira-kira lebih seru konser siapa. Kalo buat gue sih ya, konser lebih seru buat ditonton langsung kalo banyak fanservice-nya karena pasti bakal beda di tiap negara dan di DVD konsernya nggak bakal ada, terutama kalo ada bagian idol nge-cover lagu orang, misalnya waktu Ryeowook Super Junior nyanyi Bunga Terakhir atau Astro nyanyi Kesempurnaan Cinta.

Nonton Super Show 6 sehari setelah acara ultah kantor. Indonesia adalah perhentian terakhir SS6 di luar Korea Selatan dan Super Junior akan istirahat sebelum SS7 mulai karena sebagian besar anggotanya wamil, jadi HARUS BANGET nonton!

Minggu, 08 April 2018

Solo Trip Singapore 3D2N - Anecdote : WHAT SHOULD I DO??

Hai!!!

Gue balik ngebawa cerita soal Singapore lagi, walau di postingan ke-3 gue udah bilang kalo itu postingan terakhir. Hahaha. Sayah mah gitu orangnya, gak bisa dipercaya. Ya abis gimana, setelah ngepos gue baru sadar kalo gue utang cerita soal colokan listrik, dan inget juga hal-hal konyol lain yang terjadi selama solo trip gue ini.



Kisah I : Tentang Colokan Listrik

Jadi, dari awal sebenernya gue udah tau kalo Singapore itu punya jenis soket listrik 3 kaki, beda sama Indonesia yang 2 kaki. Oleh karena itu, gue pun udah beli colokan universal, yang bisa dipake di mana aja, supaya charger gue bisa dipake di Singapore. Apa daya, pas gue sampe Singapore, gue baru sadar kalo tuh colokan ketinggalan. Hahahaha. Mau beli lagi kok sayang duit, apalagi colokan gue yang di rumah juga baru beli dan belum sempet gue pake. Mau pinjem hostel, ternyata disewain. Bah!

Yang kayak gini loh...

Untung bawa powerbank yang masih bisa dipake buat 1 kali nge-charge lagi. Tapi bagaimana dengan besoknya? Akhirnya gue minta temen gue, si Fanny, bawain colokan universal. Tapi dia nggak punya. Dia trus minjemin powerbank dia ke gue. Powerbank dia udah diisi full di kantor. Sementara itu, powerbank gue dibawa dia buat di-charge di apartemennya. Besok paginya, kami tukeran powerbank lagi. Sore di hari kedua, gue ketemu temen gue, si Indi. Naaah dia punya colokan universal, jadi gue dipinjemin. Pas hari ketiga, karena gue ketemuan lagi sama dia, gue balikin deh tuh colokan. Gue make colokan itu buat charge handphone dan powerbank, jadi listrik aman sampai gue mendarat kembali ke Jakarta.

See? Aku tak bisa hidup tanpa temaaaaan......


KISAH II : Beli Siomay 

Gue udah cerita sebelumnya kalo dari hostel gue, Royal Hostel Singapore, gue dikasih kupon sarapan di restoran ujung jalan, Nanyang Old Coffee. Naaah... dari hostel gue, udah ditetapkan tuh menu makanan apa aja yang bisa kita santap secara gratis, yaitu: loh mai gai (glutinous  rice with chicken), fun choy (rice with roasted pork), dan nasi lemak. ATAU dapet diskon SGD 2 untuk menu lainnya. Gue sih udah pernah makan nasi lemak ya, dan seinget gue, gue bakal dapet telor, ikan selar, teri, sambal. Agak kayak nasi uduk di Jakarta deh. Dan dulu, gue pernah makan nasi lemak di Bugis enaaak... Hari pertama, gue pesen itu. Ternyata eh ternyata, ikan selarnya udah letoy dan terinya ga ada rasa. Hahahahaha. Gile padahal masih pagi. Itu nasi lemak dibungkusnya jam berapa yak? Untuk minum, gue pesen teh bayar sendiri. Heran gue, harusnya sarapan ya paket makanan sama minum dong ya. Tehnya harganya di bawah SGD 2 tapi yaa lumayan berarti kalo dirupiahin di atas Rp 10.000 juga untuk secangkir kecil.

Di hari kedua, gue mesen fun choy. Abiiisss belom makan babi masa, padahal dari Jakarta udah ngidam hahaha. Kali ini, walau nasinya dingin, secara keseluruhan rasa makanannya enaaaak.... Dan kali ini gue milih kopi susu buat minumnya. Ya ampuuun ternyata kopi susunya enak buangettt!!! Walau cuma secangkir kecil ya... Beh! Usut punya usut, ternyata Nanyang Old Coffee ini emang terkenal sama kopinya dan kalo siang-siang emang banyak yang antre beli kopi. Tau gitu ya.


Karena di hari pertama ada yang pesen siomay dan gue penasaran sama rasa siomay-nya, gue pun memutuskan menambah sarapan gue dengan siomay. Gue liat di menu, harga sepiring siomay isi 2 SGD 0,8 alias sekitar Rp 8 ribuan. Murahlah yaaa... Jadi gue pesen. Pelayannya punya pronunciation bahasa Inggris agak payah, jadi gue dan dia komunikasi agak pake bahasa tubuh. Dia nanya, "one?" gue bilang, "yes one portion!" Ternyata yang dateng siomay sebiji doang. Gue bilang, kok nggak dua? Ternyata harga naik jadi SGD 1,6. SGD 0,8 itu harga sebiji siomay rupanya. Lah kenapa di menu dipasang foto sepiring 2 siomay???? Ya sudahlah tapi gue tetep beli aja. Hahahaha...

Siomay enam belas ribu. Untung enak. Hehehe

Jumat, 06 April 2018

Solo Trip Singapore 3D2N - Part 3 : Kaki Berkonde di Singapore


Selamat datang di posting ke-3 soal gue di Singapore!!!


Seperti gue udah cerita, tujuan jalan-jalan gue kali ini lebih banyak ke daerah taman dan tempat-tempat yang mengharuskan gue jalan kaki. Makanya, judul episode kali ini adalah Kaki Berkonde di Singapore. Karena gue emang pulang dengan kaki berkonde alias betis pegel abissss... Gila ya gue, mau olahraga aja mahal banget ke Singapore! LOL.

Kisah jalan-jalan gue dimulai dari setelah gue mandi di hostel, lalu nyamperin temen gue si Fanny, yang kerja di Parkview Square, Bugis. Kenapa gue nyamperin dia? Karena kantor dia ini punya arsitektur yang WOW! Terkenal dengan nama Gedung Batman karena bentuk gedungnya yang ngingetin kamu sama Gotham City, di dalam gedung ini juga ada bar yang punya nuansa The Great Gatsby, Atlas Bar. Keren banget deh pokoknya!

Sayang, karena gue baru datang sekitar jam setengah tujuh malam, barnya udah buka dan turis nggak boleh masuk ke dalam bar buat foto-foto. Padahal kalau siang boleh lho. Akhirnya gue cuma foto sama lemari ginnya aja yang legendaris itu. Di halaman luar terdapat beberapa patung dan mungkin kalau gue datangnya siangan dikit akan sangat cantik foto-foto di situ. Sayangnya, cuaca udah menggelap dan banyak angin.


Kalo ada yang pesen gin, bartender cewek-nya bakal "terbang" ambil botol di lemari di belakang gue

Kalau mau ke Parkview Square, dari MRT Bugis kamu tinggal pilih Exit E dan kamu akan berada di The Duo Building. Tinggal jalan dan nyebrang jalan kecil gitu, sampe deh!!! Bisa masuk tanpa diperiksa dan ditanya ini-itu, dan pastinya gratis!! Ini emang salah satu tempat buat turis foto-foto kok.

Foto di depan Parkview Square dulu. Angin kenceng bangeeet...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...