Flight gue ke Singapore adalah flight siang, pukul 11.10 WIB, dengan Air Asia. Sengaja gue pilih jam segini karena jarak dari rumah ke Soekarno-Hatta lumayan jauh dan jalanannya nggak bisa ditebak. Emang sih sekarang ada tol JORR yang nyambung ke bandara, tapi tolnya suka macettttt....
Gue dianter bokap ke Pondok Indah Mal 2, karena mau naik bis JAConnexion alias bis bandara baru dari PPD. Bis ini baru, jadi mungkin belum banyak yang tau. Taunya masih Damri doang. Bis ini sama bagusnya dengan Damri, cuma harganya lebih murah. Kalau naik Damri dari terminal Lebak Bulus tiketnya Rp 40.000, kalau JAConnexion ini Rp. 35.000. Selain di PIM, bis-bis ini juga ada di beberapa mal. Emang spesialis mangkal di mal kayaknya. Bis ini berangkat setiap 1 jam, dan gue naik yang jam 7 pagi. Kepagian? Nggak juga. Seperti gue bilang, jalan ke bandara nggak ketebak. Better early than late, kan? Selain itu, Air Asia sekarang pindah ke Terminal 3, terminal baru yang katanya gede banget. Mungkin akan makan waktu buat nyari-nyari gate dsb.
Ternyata jalanan lancar. Jam 8 gue udah sampe bandara. HAHAHAHA! Terminal 3 ternyata nggak sebesar yang gue takutin. Malah, lebih simpel ketimbang Terminal 2 yang banyak lorongnya. Setelah masuk, kita bakal berhadapan dengan sebuah ruangan besar. Counter-counter maskapai bertebaran. Yang agak tricky, counter Air Asia ada di sebelah kanan ruangan sedangkan ruangan check in, imigrasi dsb di sebelah kiri. Untungnya, karena gue udah web check in via website Air Asia sehingga boarding pass udah di tangan dan gue gak bawa bagasi (cuma bawa 1 ransel dan 1 tas selempang), gue bisa langsung melenggang masuk imigrasi tanpa antre. Hehehehe. Tapi masuknya sih ntaran ajaaa.... Gue mending sarapan dulu.
Ada banyak restoran di Terminal 3 ini, tapi pilihan jatuh ke Bakmi GM (haha!) Bakmi GM punya tempat duduk menghadap ke landasan, jadi gue bisa nontonin pesawat lalu lalang sambil makan, mostly Garuda. Selesai makan gue ke WC yang antre bangeeeddd... Tapi WCnya bersih dan ada tempat buat naro tas, jadinya buat solo traveler kayak gue nyaman banget. Mbak cleaning service-nya juga ada di sana dan sigap ngebersihin WC setiap saat.
Di imigrasi, ransel, tas selempang, badan dicek. Buat wanita, pemeriksanya juga wanita. Ransel sempet dibuka dan dicek detail, tapi amaaan... Pas cek pasport gue cuma ditanya, "Pergi sendiri aja?" yang gue jawab singkat, "Iya", trus pasport dibalikin dan gue bisa lewat. Oiya, sedikit cerita tentang cairan. Buat naik pesawat, ada batasan pembawaan cairan yaitu kita harus menggunakan botol maksimal 100 ml dengan total volume seluruh botol yang dibawa nggak lebih dari 1 liter, semuanya ditaruh di tas/kantong transparan. Gue beli travel kit miniso buat bawa sampo, sabun cair, sabun muka, dan aloe gel. Selain itu, sikat gigi dan odol gue taruh di kantong plastik 1 kiloan. Semuanya gue taro di kantong depan ransel gue supaya mudah ditemukan dan diperiksa. Selain itu, gue juga bawa botol minum kosong buat gue isi di dalam karena Terminal 3 ini nyediain keran air minum kayak di luar negeri. Setelah lolos pengecekan, di ruang tunggu, gue gembok ransel gue supaya aman. Namanya juga solo traveler, semua harus aman terutama tas. Jangan sampe ada yang masukin barang terlarang ke tas gue pas gue meleng!
Travel kit ini berguna banget, harganya juga cuma Rp 29.500, murah!! |
Air Asia yang mau gue naikin akan berada di Gate 5, jadi gue jalan ke sana. Gate 5 terletak di ujung. Terminal 3 besar siiih, tapi karena berupa satu ruangan besar, gue nggak bingung. Semua ada angkanya gede dan informasinya lengkap. Di setiap gate ada WC dan WCnya bersih karena sepi. Ada beberapa keran air minum juga. Seperti yang udah gue bilang, buat gue sih ribetan Terminal 2 ketimbang Terminal 3. Banyak toko dan restoran juga di daerah situ. Daaaan.... ini gue sebenernya pengin coba, tapi gue takut ketiduran dan ketinggalan pesawat: ada area kursi malas buat kita istirahat! WOW!
Pesawat gue ternyata delay 30 menit sehingga disalip sama Air Asia tujuan Manila. Selain delay, dia pindah gate juga ke gate di wilayah yang belum dibuka untuk umum. Oleh karena itu, semua penumpang dibawa naik bis ke sisi sana baru naik ke pesawat. Namun, sekali lagi, informasi cukup jelas. Televisi petunjuk langsung update informasi, ground crew juga informatif. Ngantre dikit buat naik bis nggak apa-apalah asal selamat, yekaaan?
Singkat cerita, pesawat terbang mulus. Gue nggak milih tempat duduk dan nggak pesan makanan, jadi gue duduk di tengah. Nggak apa-apa, masih bisa liat keluar jendela di sebelah kanan gue. Dan untungnya, karena sebelah gue adalah bapak-bapak muda yang bawel, cerita melulu ke anaknya yang ada di seberang lorong, gue jadi rileks dan fokus nguping cerita si bapak, padahal aslinya gue cukup parno naik pesawat. Makasih loh Pak. Pelajaran yang gue petik dari perjalanan ini adalah, bawah orang annoying pun bisa jadi membantu pada saat yang tepat. Jadi, mengucap syukur senantiasa ya!
DAN TIBALAH GUE DI CHANGIIII!!!!!
Muka senang setelah mendarat di Changi, sebelum bertemu Om Imigrasi yang jutek |