Pages

Kamis, 11 Juli 2019

Nana di Penang Pt 1 : Penang pun Punya Pantura

Yak, satu lagi cerita tentang travelling yang sebenernya udah lumayan basi karena gue perginya di bulan Maret ini tapi baru sempet cerita sekarang.

Penang selalu dikenal orang Indonesia sebagai tempat berobat. Kalo ke dokter di Indonesia penyakit nggak sembuh-sembuh, ke Penang aja! Mau medical check up, ke Penang aja! Dan itu juga yang dulu gue tau soal Penang ini. Gue bahkan sama sekali nggak tahu di mana letak Penang di peta Malaysia. Tetapiii... setahun terakhir entah kenapa kok segala macam yang gue denger, gue lihat, selalu berkaitan dengan Penang. Nonton vlog kuliner taunya ngebahas Penang. Ngeliat postingan bos lagi makan duren, eh di Penang. Dan terakhir, film Crazy Rich Asian yang salah satu adegannya diambil di Blue Mansion di George Town. Duh! Lalu gue mulai penasaran dan browsing-browsing dong yaa... Eh kok kayaknya menarik, apalagi daerah George Town yang bernuansa kota tua. Kebetulan gue suka daerah berarsitektur tua--makanya nggak heran gue seneng banget nginep di daerah Harmoni di Jakarta. Lalu tanpa pikir panjang, pas ada tiket promo Malaysia Airlines, gue langsung beli tiket PP Jakarta-Penang dengan transit KL di harga rp900 ribuan sajah. Iya murah, tapi buat keberangkatan setahun berikutnya. Abis masukin kode kartu kredit, barulah kesadaran datang bertubi-tubi: Lah, berangkat tahun depan, emang gue masih tertarik sama Penang? Trus gue pergi sendiri, apa nggak takut? Nggak ada kerabat sama sekali lho di Malaysia!!



Iya, buat gue, Penang beda sama Singapore. Kalo di Singapore gue muter-muter sendiri sih nggak apa-apa karena gue udah hafal MRT-nya dan di sana juga ada teman buat dimintain tolong kalau gue kenapa-kenapa. Lhaaa Penang???!!!! Selama hampir setahun, gue galau. Mau batal pergi kok sayang uangnya dan penasaran juga sebenernya sama Penang... Jadi akhirnya gue mulai nonton dan baca segala hal tentang Penang dan pelan-pelan nyusun itinerary. Perjalanan gue cuma 4 hari dengan 2 hari pasti habis buat penerbangan, jadi waktu efektif gue jalan-jalan cuma 2 hari. Apa sih yang paling gue mau liat? Apa sih yang kira-kira bakal paling nyenengin buat gue di sana?

Setelah browsing-browsing, buat gue, yang paling bikin gue tertarik adalah STREET ARTS. Yep, street arts-nya. Ternyata di George Town itu banyak banget grafiti lucu-lucu yang terletak di gang-gang sempit atau tembok antar-toko yang berfungsi buat menarik turis yang jalan kaki di daerah George Town. Kedua, tentu saja Cheong Fatt Tze Blue Mansion yang jadi tempat syuting Crazy Rich Asia itu. Pengin banget gue ke sana! Dua itu yang utama. Maka gue menyusun bahwa di hari kedua gue di Penang gue harus ke Cheong Fatt Tze Blue Mansion dan hari ketiga abisin waktu seharian buat cari street arts. Baru setelah itu destinasi lain nyusul disusun.

Singkat cerita, berangkatlah gue ke Penang, naik Malaysia Airlines transit di KL dulu. Sampai di Penang udah lumayan sore, tapi untung proses keluarin bagasinya cepet dan bandaranya memang nggak besar. Sebenarnya dari bandara ini gampang banget cari bis ke George Town (tinggal naik Rapid Penang 401 atau 401E sampai Komtar), tempat hotel gue berada. Tapi karena gue ingin sampai hotel secepat mungkin dan ngeri nyasar, gue pun memutuskan pakai Grab aja. Berdasarkan kata orang-orang, Penang itu Grab-friendly banget, jadi gue pun langsung buka aplikasi Grab yang langsung berubah jadi versi Malaysia. Oiya, gue nggak beli kartu SIM baru karena gue pake XL Prio Pass ya. Nggak perlu utak-atik lagi, provider langsung menyesuaikan. Sip deh! Bayarnya pakai cash aja, sekitar 30 RM. Nggak pake lama nunggu karena bandaranya emang nggak gede-gede banget, sopir Grab yang keturunan India datang dan membantu memasukkan koper ke bagasi mobil. Kami pun berangkat.

Oh iya, Penang ini merupakan negara bagian Malaysia yang terbagi jadi dua wilayah, di Pulau Pinang dan di benua Asia. Penang International Airport, sama seperti ibu kota negara bagian Penang, George Town, terletak di Pulau Pinang dan gue juga cuma muter-muter di pulau ini, nggak nyeberang pulau. Jadi cerita gue hanya seputar Pulau Pinang yaaa...
Peta Pulau Pinang. Bandara itu di Bayan Lepas. George Town di atas.

Balik ke cerita nge-Grab perdana, karena letak Penang International Airport di ujung bawah sedangkan Georgetown di ujung atas, maka perjalanan lumayan panjang dan selama perjalanan gue ngeliat daerah pemukiman warga yang sebenarnya nggak beda jauh dengan Jakarta. Penang nggak bersih-bersih dan rapi-rapi amat, tapi terasa hangat dan hidup dan gue suka banget suasana seperti ini. Waktu di Penang sejam lebih cepat dari Jakarta, sama seperti Singapura, membuat Penang punya jam sunset yang lebih malam. Jam tujuh malam, langit baru semburat jingga. Dan gue pun akhirnya sampai di hotel.


Hotel gue mungil tapi cantik. Di ujung jalan ada food court yang udah buka pagi-pagi dan jual paket sarapan yang muraaah banged!
iStay Hotel, tempat gue menginap, terletak di Jalan Rangoon, memiliki arsitektur jadul. Rata-rata bangunan di George Town memang bernuansa jadul sih, makanya dapet gelar UNESCO Heritage. Sengaja gue menginap di sini karena gue nggak mau berada di tourist area banget, dan ternyata merupakan pilihan tepat karena selama jalan-jalan di daerah ini, gue banyakan ketemu warga lokal ketimbang turis, bahkan sempet ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang.

Penang punya banyak food court dan restoran dengan harga yang amaaat sangat terjangkau, nggak heran tempat ini jadi destinasi wisata kuliner. Di daerah hotel gue, terdapat food court yang menjual berbagai macam makanan mulai dari roti srikaya, martabak, kwetiau, sampai sea food. Buka dari sekitar jam 7 pagi sampai malam dan selalu ramai. Nggak jauh, ada restoran prasmanan Chinese food. Lalu, ada Nasi Kandar Pelita yang buka 24 jam dan menjual masakan halal. Agak jauh, ada restoran dim sum yang hanya buka pagi sampai jam 2 siang. Soal makanan akan gue ceritain di pos kedua ya. Untuk pos ini, gue akan fokus ke tempat wisatanya.

bangunan model gini banyak banget di George Town


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...