Pages

Senin, 09 Juli 2018

Find Your Soul in Seoul Pt. 4 - Random Stories


Akhirnya kita berjumpa di pos terakhir gue tentang Seoul.

Udah agak basi sebenernya karena udah sebulan lewat dari trip gue ke sana... tapi masih berkesan di hati siiih.... Hahaha. Kali ini gue akan membagikan cerita jalan-jalan gue yang nggak pakai Discover Seoul Pass beserta hal-hal random yang gue temui di Seoul. Dimulai dari....

1. SANNAKJI

Sannakji adalah makanan khas Korea Selatan berupa.... gurita hidup yang dimakan selagi masih kejet-kejet. Jijik? Embueeerrr.... Merasa berdosa pas makan? Embuerrrr..... Tapi gue nyobain dan suka. Hahahaha.... Lha kok?

Jadi gini, sebenernya, gue nggak pernah menargetkan untuk makan sannakji di Korea Selatan sih. Malah, kepikiran aja nggak. Cuma, waktu gue sama Anggi jalan-jalan ke Gwangjang Market, kami ngeliat satu kedai yang jual makanan dari hewan-hewan laut mentah. Entah apa namanya di Korea Selatan, yang pasti kalo di Jepang ya sashimi gitu deh yaaa. Naaah salah satunya adalah sannakji ini. Sebenernya gue nggak bakalan ngeh kalau kedai yang gue dan Anggi lewatin jual gurita hidup kalo nggak karena ada beberapa orang lagi makan itu waktu kami lewat. Walau agak horor ngeliat makanan di piring masih menggeliat-geliat, tapi kok penasaran juga ngeliat orang-orang yang makan kayak menikmati banget.... Makan... nggak... makan... nggak...



Setelah gue perhatikan lebih lanjut, ternyata sannakji yang dijual si nenek di kedai bukanlah gurita utuh melainkan cuma lengannya. Jadi, gurita yang ada di akuarium di kedai itu bakal dimutilasi gitu sama dia secukupnya... (oke ini malah kedengeran lebih kejam, tapi gurita kan emang punya kemampuan menumbuhkan lagi lengannya yang putus--walau entah sakit apa nggak pas putus) lalu lengannya itu dipotong-potong lagi kecil-kecil sebelum akhirnya disiram pakai minyak wijen dan wijennya, lalu disajikan bersama saus cabai dan kecap asin. Gue pikir, wah kayaknya aman dimakan niih... dan penasaran juga sih, udah sampe Korea Selatan masa makanannya cuma mentok di yang di Jakarta juga ada macam kimbap, bibimbap, galbi, samgyetang? Jadi gue pun memutuskan untuk memesan satu porsi. Si Anggi tadinya nggak mau, tapi karena penasaran, akhirnya dia mau nyoba juga. Kami pesan satu porsi aja karena harganya lumayan mahal, 15.000 won seporsi. Tapi karena si nenek baik bener, kami malah dikasih dua gelas air putih, dua pasang sumpit, dan dua yakult. Plus satu rumput laut kemasan. Jadi intinya, makan di situ boleh seporsi buat lebih dari satu orang.


Lalu tibalah saat yang menegangkan, di mana akhirnya potongan lengan gurita yang masih bergerak-gerak itu disajikan di depan mata!!!! Satu... dua... tiga... HAP! masuk mulut. Ternyata enak rasanya. Hahahah. Lebih tepatnya, nggak ada rasanya sih, cuma asin-asin dikit. Tapi karena pakai saus cabai dan kecap asin, jadinya enak. Lengan guritanya lebih lembut daripada yang di sashimi sehingga mudah dikunyah dan gerakan-gerakannya nggak begitu terasa di dalam mulut. Mungkin karena udah dipotong pendek-pendek. Nggak perlu waktu lama buat menghabiskan seporsi sannakji ini dan nggak perlu pake maksa buat makannya.

Kasian guritanya, lengannya dipotongin terus buat dimakan...

Selain gue dan Anggi, ada juga orang Indonesia yang makan di sana, sepasang suami-istri atau pacaran mungkin--entahlah. Walau awalnya kelihatan jijik, setelah makan, mereka juga bilang sannakji itu enak kok. Jadi layak coba dong yaaa....

Tapi satu sih... setelah gue sampai di Jakarta trus gue mikir-mikir lagi, kok ya rasanya gue nekat juga. Masalahnya, tentakel guritanya dipotong langsung dari gurita yang ada di akuarium. Walau udah dicuci sebelum disajikan, tetap aja akuarium tempat si gurita tinggal itu kan belum tentu bersih dari kuman atau apalah mikroorganisme yang ada di air itu. Jadi sebenarnya, walau peluang keselek tentakel sudah minimum karena tentakel udah dipotong kecil-kecil, peluang keracunan makanan yaaa tetap ada. Untung aja waktu itu gue baik-baik aja. Mungkin itu fungsi Yakult-nya? Entahlah. Namun yang pasti, kalau kalian mau nyoba makan sannakji, pertimbangkan juga kemungkinan ini yaa.... Kalau berani ambil risiko, sebaiknya pastikan kalian beli asuransi perjalanan yang menanggung biaya rumah sakit secara maksimal!



2. GWANGJANG MARKET

Lokasi:
88 Changgyeonggung-ro, Jongno-gu
Naik kereta turun di Jongno 5-ga Station exit 8 atau Euljiro 4-ga exit 4.

Setelah ngomongin sannakji, tentu gue harus cerita soal Gwangjang Market, tempat si kedai sannakji berada. Gwangjang Market ini adalah salah satu pasar tradisional di Seoul yang pas banget kamu kunjungi kalau kamu mau nyicipin makanan-makanan khas Korea Selatan dengan suasana lokal. Terletak di daerah Jongno nggak jauh dari Jongmyo Shrine serta sungai cantik Cheonggyecheon, pasar tradisional ini terkenal sama bindaetteok-nya, alias makanan semacam bakwan tapi tebel gitu. Kata resepsionis hostel gue, bindaetteok di Gwangjang Market ini enak dan murah, wajib coba! Tapi setelah gue coba, jujur aja, menangan bakwan ke mana-mana dari segi rasa juga harga. Rasanya datar bo! Udah gitu satunya 4.000 won ajhe. Alamak, udah Rp 50.000 aja buat jajanan pasar! Untung belinya berdua si Anggi, jadi patungan. Hahaha. Tapi selain bindaetteok, makanan lainnya sepertinya lezat sih. Sepertinya... karena gue cuma beli bindaetteok sama sannakji di sana. Sepanjang pengelihatan gue, banyak kedai menjual bibimbap dengan aneka toping, kimbap kecil-kecil, soondae (sosis darah), mandu (pangsit), dan lain-lain. Banyak juga yang jualan aneka kimchi, cumi kering, rumput laut, dan lain-lain yang bisa dibeli buat oleh-oleh.

Bindaetteok
Gue nggak begitu perhatiin harga-harga, tapi yang pasti buat kantong orang Indonesia termasuk mahal. Contohnya aja bindaetteok tadi. Lalu untuk bibimbap harganya dimulai dari 5.000 won. Namun balik lagi... Ini kan pengalaman yang mungkin sekali seumur hidup, jangan sampai karena perhitungan sama uang kamu jadi nggak nyobain hal-hal unik yang cuma ada di Korea Selatan. Misalnya kayak sannakji, atau soondae. Atau.... makgeolli.

Mandu dan toping bibimbap. Liat di harga-harganya, ada botol hijau. Nah itu botol makgeolli alias arak beras. Dipajang seakan-akan kayak Teh Botol Sosro aja gitu... 

Ngomongin makgeolli, kedai-kedai di Gwangjang Market rata-rata menjual minuman alkohol dari beras ini sebagai teman makan. Harganya pun terjangkau banget. Untuk satu botol besar makgeolli harganya cuma 3.000 won alias Rp 40.000-an. Untuk soju, gue nggak nanya, tapi seharusnya sekitar 3.000-4.000 won sebotol. Ketika gue dan Anggi makan sannakji, di sebelah gue ada nenek-nenek memesan seporsi ikan mentah dan soju. Wah, nenek-nenek aja minum soju siang-siang! Alkohol bukan minuman yang dilarang untuk dijual bebas di Korea Selatan. Setiap tempat restoran menjual makgeolli dan soju. Dan harganya sebelas-dua belas sama harga Pocari Sweat ukuran besar, jadi udah semacam soft drink aja gitu... Beda dengan harga di Indonesia yang sudah dikenakan pajak tinggi sehingga harga per botolnya bisa mencapai Rp 100.000! Sayang ada aturan cuma boleh bawa minuman alkohol maksimal 1 liter masuk ke Indonesia. Kalo nggak, gue udah beli berbotol-botol kali. Makgeolli-nya enak banget siiih!

Gue dan Anggi lalu memutuskan untuk beli sebotol makgeolli untuk kami minum di....


3. CHEONGGYECHEON

Lokasi :
Panjaaaang..... 
Naik kereta bisa turun di Jongno 3-ga exit 14 lalu jalan lurus sampai ketemu sungai. 
Atau kalau mau dari sisi Cheonggye Plaza bisa naik kereta turun di Jonggak exit 5, atau Gwanghwamun exit 5
Cheonggyecheon adalah nama sungai kecil yang dipercantik oleh pemerintah kota Seoul pada tahun 2005 dan sekarang lagi diikutin oleh Pemerintah Jakarta buat sungai di belakang Kota Tua. Letak sungai ini strategis banget karena menjadi pembelah daerah wisata historis dan modern Seoul. Di satu sisi, berdiri Jongmyo Shrine, dua istana Changgyeonggung dan Changdeokgung, Gyeongbokgung, lalu Gwangjang Market. Di sisi lain, ada Myeongdong, City Hall, dan lain-lain daerah perkantoran dengan gedung-gedung mencuat  tinggi.

Istirahat kerja ngeliat ijo-ijo dan denger gemercik air enak banget ya

Gue dan Anggi berjalan dari Gwangjang Market menuju Cheonggye Plaza pada jam makan siang sehingga banyak pekerja kantoran yang beristirahat di sana. Ada juga yang melakukan semacam lunch meeting dengan duduk-duduk di pinggir sungai. Refreshing banget! Daerahnya memang adem karena banyak pohon dan jembatan. Duduk di kolong jembatan tuh paling asyik! Gue dan Anggi juga menyempatkan diri duduk-duduk di kolong jembatan sambil minum makgeolli kami. Btw, makgeolli nggak memabukkan karena kadar alkoholnya cuma 5% dan rasanya malah mirip ketan hitam di tape uli.

Daebak makgeolli beli di Gwangjang Market

Selain asyik buat duduk-duduk, Cheonggyecheon juga digunakan untuk tempat pameran. Di salah satu kolong jembatan, sedang digelar pameran fotografi. Pencahayaannya jadi keren banget!

Sisi Cheonggyecheon yang deket Cheonggye Plaza

Perjalanan berakhir ketika kami sudah sampai Cheonggye Plaza. Di depan Cheonggye Plaza ini biasanya digelar festival lampion dan acara-acara lain karena wilayahnya cukup luas dan terbuka. Setelah itu, kami naik ke jalan raya dan menemukan bahwa ternyata Cheonggye Plaza itu deket sama...


4. GREVIN MUSEUM

Lokasi:
23 Euljiro, Jung-gu
Kalau naik kereta turun di City Hall Station exit 6 atau Euljiro 1-ga exit 1. 

Dan area belanja Myeongdong sebenernya. Tapi cerita tentang Myeongdong udah gue ceritain di pos-pos sebelumnya dan akan gue ceritain lagi di nomor selanjutnya terkait beli oleh-oleh, jadi di nomor 4 ini gue mau cerita soal Grevin Museum aja, yang udah gue ceritain sekilas di postingan pertama gue soal Discover Seoul Pass. 

Grevin Museum adalah tempat wisata kedua terakhir yang gue dan Anggi kunjungi sebelum 48 jam Discover Seoul Pass kami habis. Ketika kami mengunjungi Grevin Museum, sama sekali nggak kepikiran kalau letaknya deket sama Cheonggyecheon. Dari awal kami datang, sebenarnya kami udah rencana bangetttt pengin ke Cheonggyecheon tapi karena ngejar waktu pemakaian DSP, kami selalu gagal ke sana sampai ke tahap udah nggak tau lagi cara ke sana tuh gimana dan pasrah aja kalau memang nggak sempet ke sana ya nggak apa-apa deh. Tapi ternyata, dua hari setelahnya, kami malah bisa ke Cheonggyecheon dan mendapati kalau letak Cheonggyecheon cuma sepelemparan kolor dari Grevin Museum!! Hihi jodoh memang nggak ke mana ya ternyata.

Nantangin Jackie Chan berantem ehhh malah disenyumin...

Di Grevin Museum ini, terdapat patung-patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal dunia. Nggak cuma artis, tapi juga tokoh politik dan atlet macam Park Jisung, Cristiano Ronaldo, sampai Lady Di dan Donald Trump. Museumnya seru banget, warna-warni, dan tiap ruangannya memiliki tema yang berbeda, kayak semacam ruangan kelas, di dalam pesawat terbang Air Force One, di dressing room, di lapangan sepak bola, dan sebagainya. Kita bebas berfoto-foto dengan patung-patung tersebut dan juga memainkan beberapa games yang disediakan. Ada beberapa photo box yang kalau kita bikin foto di situ, nanti fotonya akan dikirim ke email kita. Si Anggi nih yang demen nyobain satu per satu.

Sayangnya, buat pencinta industri perfilman Korea Selatan dan Kpop, koleksinya kurang lengkap nih. Misalnya, untuk Big Bang hanya ada patung G Dragon. Lalu ada Yoo Jae Suk tapi nggak ada Kang Ho Dong padahal keduanya adalah MC top Korea Selatan. Tapi si Anggi sih udah cukup seneng bisa foto sebelahan sama Lee Min Ho. Hahahaha.

Harga tiketnya cukup mahal, 18.000 won tapi karena bisa gratis pake DSP, jadi yaaa buat kami sih nggak berasa mahal. Hehehe.


5. FASHION MARKET (Myeongdong, Hongdae, Ewha)

Lokasi:
Myeongdong : Myeongdong Station exit 5,6,7,8 atau Euljiro 1-ga exit 5,6,7
Hongdae : Hongik University Station exit 9
Ewha : Idae/ Ewha Women's University Station exit 2,3

Selain belanja oleh-oleh makanan tradisional di Gwangjang Market (dan pasar tradisional lainnya), tentu yang nggak boleh kita lewatkan pas ke Seoul adalah belanja fashion-nya dooong!!!! Ini meliputi alat make up, skin care, baju, sepatu, pokoknya apa pun yang bisa bikin kita memiliki Korean look. Di Seoul, ada 3 tempat yang terkenal dengan area fashion murah-meriah-nya, yaitu Hongdae, Myeongdong, dan Ewha (sementara kalo yang mahalan ada di Apgujeong). Kebetulan gue berhasil menyambangi tiga-tiganya dan ya ampuuuun..... Beneran deh, kalian harus pinter-pinter kekepin dompet yaa!!! GODAAN BANGET!!!!

Sebenarnya isi ketiga tempat itu mirip-mirip sih... Toko-toko kosmetik dan perawatan kulit di mana-mana mulai dari Innisfree, Nature Republic, Skin Food, Aritaum, Missha, The Face Shop, Tonymoly apa aja deh sebutin, ada di tiga tempat itu dan mereka menawarkan harga diskon yang aje gile. Buat kamu pencinta sheet mask alias masker sekali pakai yang tinggal ditempel di muka, kamu bisa belanja gila-gilaan di sini karena ada paketan beli 10 gratis 10 baik untuk varian yang sama maupun aneka varian. Harganya kurang lebih 10.000 won. Jadi, harga satu sheet masknya cuma 500 won atau Rp 6.500. Bandingin sama harga di Indonesia yang mulai dari Rp 19.000-an!!! Belanja pensil alis, bedak, nail polish juga lumayan diskonnya. Anggi sih tapi yang banyak belanja alat make up, bukan gue. Jadi, soal harga, dia lebih tau.


Lanjut ke fashion... Baju-baju yang dijual di tempat-tempat ini rata-rata t-shirt dan kemeja longgar serta terusan feminin. Orang Korea Selatan suka banget memadukan atasan longgar dengan bawahan hot pants atau skinny jeans, jadi walau tubuh mereka langsing-langsing, ukuran bajunya pada gede-gede. Gue seneng deh. Hahaha. Harga bervariasi mulai dari 5000 won untuk t-shirt sampai di atas 10.000 won untuk kemeja dan terusan. Untuk t-shirt, buat gue sangat murah karena dengan harga 5000 won alias sekitar Rp 65.000, kualitas yang didapat udah oke banget! Pas gue belanja t-shirt di Hongdae, kasirnya memberikan gue bonus permen karet. Seneng deh!

Sepatu bertali gede gini lagi tren di sana, banyak yang jual. Harga 25.000 won.

Sepatu agak mahal, karena harganya paling murah 20.000 won atau sekitar Rp 260.000 padahal nggak bermerek dan dijual bukan di toko resminya. Orang Korea Selatan suka pakai sepatu kets, mungkin karena mereka perlu banyak jalan dan stasiun keretanya punya banyak tangga ya, dan memang sepatu kets yang dijual cakep-cakep, tapi yaa itu tadi. Harganya bikin mikir dulu dan karena sebenarnya gue nggak begitu perlu sepatu kets, jadi nggak beli deh. Lain dengan kaos kaki yang murah banget! Di sana, kaos kaki dijual di toko-toko pinggir jalan dengan harga cuma 1000 won. Kualitas macam-macam, ada yang bahannya kasar, ada juga yang lembut dan bagus. Gue beli banyak karena sekalian mau gue jadiin oleh-oleh.

Kaos kaki mulai dari yang lucu-lucu sampai polos, bahan kaku sampai yang nyaman di kaki semua 1000 won.

Untuk tas, gue merekomendasikan satu toko di kompleks Ewha. Lupa persisnya di sebelah mana, tapi kalau kalian muter-muter pasti bakal nemu kok karena rasanya dia satu-satunya toko tas di situ. Toko ini menjual segala macam tas seharga 10.000 won aja alias sekitar Rp 130.000, mulai dari ransel anak sekolahan, tas kanvas, tas laptop, sampai tas wanita yang modelnya cantik-cantik itu! Penjaga tokonya masih muda dan humoris, dan yang pasti jago bahasa Inggris, jadi komunikasi sama dia lancarrrr jaya.

Oh iya, di komplek Ewha ini terdapat restoran kimbap yang murah meriah banget, namanya Eomma Son Kimbap dan harga makanan per porsinya mulai dari 2.500 won termasuk sup dengan air putih gratis. Lagi-lagi tempat persisnya gue lupa, tapi kalo lewat pasti tau karena kimbapnya terpajang di depan. hehehe. 

Itulah cerita gue tentang tempat-tempat lain selain yang bisa pakai Discover Seoul Pass yang gue kunjungin selama 5 hari gue di Seoul. Sekarang, gue mau bagi-bagi tips buat kalian, first timer ke Korea, terutama Seoul. Semoga aja berguna.

  1. Stasiun kereta di Seoul memiliki banyak tangga. Letak stasiun kereta di Seoul saaaangat dalam dan luas banget karena berguna buat jadi bunker kalau-kalau Korea Selatan perang (dengan saudaranya di utara terutama). Di sana terdapat alat-alat keselamatan seperti masker, jaket, dll di lemari-lemari yang tersebar di berbagai tempat. Walau ada eskalator, tetap aja abis itu lanjut tangga. Ada lift tapi tempatnya tersembunyi dan sebaiknya hanya digunakan oleh orang tua, disabilitas, dan yang memerlukan. Karena luasnya tadi, bisa aja exit yang satu dengan yang lain letaknya berjauhan dan kalau kamu sampai salah exit kamu bakalan harus olahraga jalan kaki jauh. Oleh karena itu, pakai sepatu kets sangat disarankan. Gimana biar nggak nyasar? Coba instal aplikasi transportasi Seoul atau ambil peta turis di hotel/hostel tempat  kalian menginap deh.
  2. Seoul ramah turis. Seluruh pengumuman baik tertulis maupun suara ada versi bahasa Inggrisnya. Isi kartu T-money di stasiun ada pilihan bahasa Inggrisnya dan lengkap langkah demi langkahnya. Masyarakatnya pun sudah melek bahasa Inggris alias nggak ngacir kalau kita ajak ngomong pakai bahasa Inggris. Tapi sebaiknya tetap siapkan aplikasi google translate di hp. Jadi kalau stuck tinggal ketik di situ, translate ke bahasa Korea, kasih tunjuk deh. Nanti dia bakal jawab dengan aplikasi naver sejenis google translate itu. Untuk menu restoran, biasanya udah tersedia dalam bahasa Korea, Inggris, Cina/Jepang. Tinggal tunjuk, beres. Waiter/waitress di sana gak banyak omong. Kalian minta air, dia tinggal tunjuk tempatnya (karena air putih gratis) atau bawain. Bon biasanya langsung dikasih ke meja kita setelah kita memesan makanan. Selesai makan, tinggal bawa bonnya ke kasir dan kasih uang sejumlah itu, beres.
  3. Sopir bis di Seoul mirip sopir metro mini di Jakarta alias sering ngebut dan mencaci maki. Ini juga bikin gue kaget sih, karena bis di sana kan udah cakep banget yaa.... Tapi yang lebih kurang ajar sih apa? Sopir taksi! Sopir taksi di sana bisa berhenti ngambil penumpang dengan bodi melintang di tengah jalan dan cuek ketika diklakson. Bikin emosi emang. Ini berbeda jauh dari bayangan gue tentang negara maju yang serba teratur. Tapi, gue masih merekomendasikan naik bis kok, apalagi kalau rute jauh dan kalian pengin liat-liat pemandangan. Karena jalanan di Seoul cukup lengang, maka sengebut-ngebutnya bis nggak seliar di Jakarta yang salip kanan-kiri, paling cuma sopirnya aja dikit-dikit maki-maki. Hehehe. Cuma, satu hal yang perlu dipikirkan, jangan sampai duduk di kursi prioritas ya, karena prinsip di Seoul tuh kursi prioritas hanya bisa diduduki penumpang prioritas terlepas dari penumpang prioritasnya ada atau nggak saat itu.
  4. WC di Seoul adalah WC kering alias nggak ada air buat bilasnya. Tisu di WC umum bisa larut terkena air, jadi bisa dibuang di dalam kloset. Buat yang nggak biasa hanya bilasan dengan tisu (atau tisu basah), jangan lupa bawa botol minum. Biar nggak penuh-penuhin tas, bisa bawa botol minum lipat atau silikon. Untungnya, makanan di Seoul kebanyakan termasuk hambar (tapi sehat) dibanding makanan Indonesia, jadi walau di sana banyak makan, gue nggak mules-mules di jalan. Padahal kalo di Indonesia mah usus gue udah kayak jalan tol. Hehe.
  5. Korea Selatan punya 4 musim di mana perbedaan temperatur terendah dan tertinggi bisa sangat jauh. Oleh karena itu, AC di sana selain mendinginkan ruangan juga bisa berfungsi sebagai pemanas. Remote AC nggak ada tulisan bahasa Inggrisnya. Hati-hati salah pencet sehingga mengganti settingan dari pendingin menjadi pemanas. Buat jaga-jaga, sebaiknya begitu check in kalian tanya ke resepsionis atau petugas hostel/hotel deh gimana cara ngutak-ngatik remote AC-nya.
Yak, itulah seluruh rangkaian cerita gue di Seoul. Dengan ini, maka topik pos gue soal Seoul berakhir. Semoga di kesempatan lain gue bisa cerita lagi tentang daerah lain di Korea Selatan. Masih pengin banget ke sana soalnya! Heheheh.

1 komentar:


  1. Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.

    Sangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
    Bonus yang tersedia saat ini
    Bonus new member Sportbook 100%
    Bonus new member Slot 100%
    Bonus new member Slot 50%
    Bonus new member ALL Game 20%
    Bonus Setiap hari 10%
    Bonus Setiap kali 3%
    Bonus mingguan Cashback 5%-10%
    Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
    Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
    Bonus Referral
    Minimal deposit hanya 10ribu

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...