Pages

Kamis, 22 Maret 2018

Solo Trip Singapore 3D2N - Part 1: Perencanaan

HUAAAIII!!!!

Akhirnya gue punya bahan buat ditulis di blog yang udah berdebu ini!!
Sebenernya bahan sih banyak ya, tapi guenya aja yang males. Hahahaha.



Kali ini gue mau bercerita tentang pengalaman solo trip gue ke Singapore tanggal 9-11 Maret 2018 kemarin. Solo dalam artian gue ngerencanain semua dan pulang-pergi sendiri. Masalah di sananya ternyata ketemu temen dan ikut agenda temen, yaaa anggap aja itu berkah perjalanan. Hahahaa.

Ceritanya, di tanggal 11 Maret gue ulang tahun. Seperti biasa, gue harus belajar satu hal baru di umur baru. Berkebun, nyoba belajar saham, dll merupakan contoh resolusi ulang tahun yang pernah gue lakukan. Perkara lanjut apa nggaknya, yaaa liat aja. Yang penting kan gue udah belajar sesuatu yang baru. Naaah, di tahun ini, solo trip adalah resolusi gue. Kenapa solo trip? Karena katanya dengan solo trip, kita jadi bisa lebih bertanggung jawab sama hidup kita dan kreatif menghadapi masalah yang menghadang, karena kita ga punya siapa pun di sebelah kita buat bantu. Hahahaha. Kesannya menantang banget ya? Padahal, apakah kenyataannya gitu? Nggak juga. Nanti bakal tau ceritanya deh.

Itinerary gue bukan itinerary orang yang nge-trip ke Singapore biasanya, karena ini sebenarnya kali ke-4 gue ke Singapore dan gue emang nggak menyasar wisata belanja, kuliner, atau tempat-tempat wisata yang lagi booming (kecuali Gardens by the Bay karena gue belum pernah ke sana). Gue berencana lebih santai dan berfokus ke area hijaunya Singapore. Singapore, walau negara kecil dan metropolis, juga jor-joran membangun taman lho, dan tamannya ini nggak main-main, sampai menyerupai hutan juga. Pada kunjungan gue di 2009, gue sampe yang ter-wow-wow banget sama Jurong Bird Park-nya yang super duper hijau dan... gue nggak ngerti sampai sekarang ya... burung-burung bisa bebas terbang di langit Bird Park-nya tanpa jaring atau pengaman apa pun tapi nggak kabur dari situ. Heran gue, kok bisa. Apa karena mereka puas sama makanan di bird park-nya ya, sampe betah gitu? Selain Jurong Bird Park, masih banyak tempat hijau lain seperti Southern Ridges dan Singapore Botanic Garden yang guedeee buanget dan terkenal sama National Orchid Garden-nya yang punya nama-nama anggrek dari tokoh-tokoh politik dunia. Itinerary awal gue yang gue rancang sendiri sebenarnya udah super santai dan yang pasti irit. Namun pada kenyataannya, banyak rencana gue meleset baik karena waktu maupun kekuatan kaki (lalala) tapi malah jadi lebih baik dari rencana gue karena gue dibantu dua temen gue yang permanent resident Singapore yang lebih ngerti Singapore--see? solo trip gue sangat tidak mandiri kan?--jadi.... gue share itinerary gue yang jadi kenyataan aja yaa...

INI ITINERARY GUE (YANG JADI KENYATAAN)

Jumat, 9 Maret 2018
Landing kira-kira jam 2 siang di T4 Changi
Makan siang di Changi Staff Canteen T2 yang katanya murah dan enak
Ke Bugis, Parkview Square alias gedung Batman, tempat kerja teman yang emang tourist spot dengan Atlas Bar-nya yang bergaya The Great Gatsby
Jalan-jalan ke daerah Raffles Place buat ngeliat keramaian di sekitar situ dan berakhir di Marina Bay Sands untuk ngeliat Spectra

Sabtu, 10 Maret 2018
Jalan pagi menyusuri Mount Faber-Henderson Wave-Southern Ridges dan makan pagi di Ikea Alexandra Rd.
Ke Gardens by the Bay terutama ke Flower Dome dan Cloud Forest
Ke Sri Mariamman Temple dan Buddha Tooth Relic Temple di kawasan Chinatown
Makan malam di Plaza Singapura Dhoby Ghaut bareng temen

Minggu, 11 Maret 2018
Beli oleh-oleh di Chinatown
Makan siang di Singapore Botanic Garden dan ke National Orchid Garden-nya
Masuk T4 Changi lebih cepat buat jalan-jalan di bagian Departure dan nonton drama peranakan trus pulang deh.
Pengin liat Supertree Grove di Gardens by the Bay serta kawan-kawannya. Sumber: http://www.gardensbythebay.com.sg 
The Halia, restoran yang populer di Singapore Botanic Garden. Sumber: https://www.sbg.org.sg


BIAYA

Perhatian: Ini bukan trip superhemat dengan harga promo tapi trip supersantai dengan budget sesuai tabungan yang ada. Kalau kamu mau ikutin dan kebetulan dapet harga tiket dan hostel murah, yaaa baguslah.

Hostel 3 hari 2 malam SGD 68, bayar pas check in. Kalau pakai sewa handuk tambah SGD 2, jadi total SGD 70.
Kartu Ezy Link (MRT, bis) pinjam punya teman, top up SGD 10 buat sepanjang jalan. Dalam perjalanan kali ini, karena gue lumayan muter-muter pake MRT, abis SGD 9-an gitu. Pas banget yak.
Tiket pesawat Rp. 1,5 juta termasuk asuransi perjalanan PP pake Air Asia, cuma cabin baggage.
Tiket bis bandara Rp. 35.000 sekali jalan, total Rp. 70.000 PP. Gue naik bis PPD JAConnexion dari Pondok Indah Mal 2. Bis baru nih, masih minim penumpang tapi fasilitasnya oke punya. Wifinya kenceeeng. Boleh dicoba, biasa mangkal di mal-mal.
Uang jalan SGD 130, gue pecah jadi lembaran SGD 50 1 lembar, sisanya SGD 10. Waktu pulang masih sisa sekitar SGD 25, abis banyak buat apa? Belanja oleh-oleh. Hahaha. Saya royal buat orang lain. Padahal  belanja pribadi mah dikit. Nanti saya ceritain soal oleh-oleh dan kesalahan bodoh yang saya lakukan... 
Tiket Flower Dome dan Cloud Forest gue beli di Jakarta, di Sunburst Adventure seharga Rp.239.000 termasuk ongkir ke kantor. Lumayan hemat karena kalau beli di tempat harganya SGD 28 alias di atas Rp. 280.000 tergantung kurs. Selain ada diskon, Sunburst Adventure juga kasih MRT Map lengkap dengan tempat-tempat seru yang ada di sekitar stasiun MRT. Jadi nggak bingung tuh kalo mau ke tempat apa harus ke stasiun MRT mana.

PENGINAPAN

Selesai ngomongin itinerary, sekarang kita ngomongin tempat menginap! 
Pilihan tempat menginap sebenarnya tergantung kenyamanan masing-masing orang ya (dan budget juga). Bisa hotel, apartemen, atau hostel. Semuanya banyak bertebaran di Singapore. Namun buat gue, hostel di Singapore selalu punya pesona sendiri yang memanggil-manggil gue buat gatel nyobain. Dulu, di tahun 2011, gue kepincut sama Beary Good Hostel di Pagoda Street, Chinatown, gara-gara warna-warninya dan banyak boneka beruangnya. Sekarang, hostel ini udah nggak ada, diganti Beary Best Hostel yang letaknya agak geser dikit ke jalan besar-nya Chinatown. Hostelnya nyaman dan kasurnya luar biasa empuk. Makanya gue ketagihan pengin nyoba hostel lain. Kali ini, gue stay di Royal Hostel Singapore yang letaknya 2 gang dari Pagoda Street, yaitu Smith Street. Smith Street ini terkenal sebagai food street-nya Chinatown dan memang, sepanjang gang diisi dengan kursi, meja, dan gerobak makanan. Hostel gue kali ini terletak di atas restoran yang cukup ramai. Sayang gue nggak sempet nyoba makan di situ karena selalu pergi dan makan di jalan. Huweeeh..!!!

Ini gambaran letak hostel gue. Letaknya pas di sebelah tempat makan Smith Street. Sumber: booking.com

Tinggal di hostel berarti kita harus siap tidur sekamar dengan orang-orang asing, bisa cewek semua, bisa juga cewek-cowok. Kalau "beruntung" malah kita bisa jadi cewek satu-satunya di kamar penuh cowok hehe. Dan tentu saja, space pribadi kita cuma di kasur kita dan loker pribadi kita. Sisanya, berbagi. Buat yang bakal full keluar jalan-jalan dan cuma butuh tempat buat tidur, hostel pilihan pas karena harga lebih murah dan biasanya hostel berada di pusat keramaian dan stasiun MRT tinggal jalan kaki sebentar saking deketnya.

Buat yang belum pernah nginep di hostel dan mau nyoba, berikut gambaran stay di hostel beserta tipsnya supaya nggak kaget:

  1. Hostel di Singapura biasa terletak di ruko, di mana lantai dasarnya diisi toko atau restoran sedangkan lantai kedua ke atas buat kamar. Oleh karena itu, naik tangga lumayan banyak. Mayoritas hostel sih nggak ngasih rekomendasi untuk orang tua yang sudah kesulitan jalan dan buat kamu yang bawa koper besar, hal ini juga bisa jadi masalah. Kamar gue kemarin terletak di lantai 3. Lumayan juga pas baru dateng bawa ransel dan tas selempang hahahaha.
  2. Kamar hostel biasanya besar dengan tempat tidur yang juga banyak. Bisa ada sekitar 4-18 tempat tidur per kamar, bentuknya bisa bunk bed atau tempat tidur tingkat, bisa juga kapsul di mana setiap kasur berada di dalam kotak yang bersifat lebih privat. Bunk bed juga dilengkapi gorden sih, tapi kan kurang privat ya. Apalagi....
  3. Kebanyakan kamar yang dijual murah adalah untuk mixed dorm alias nyampur cewek-cowok. Female dorm harganya lebih mahal. Lebih mahal lagi kalau minta yang per kamarnya diisi lebih sedikit. Kalo kamu pake hijab dan budget terbatas, saran gue cari hostel model kapsul aja. Tapi aman nggak, sih? So far, gue nggak pernah dapet pengalaman aneh-aneh. Biasa traveler pada cuek satu sama lain dan karena sama-sama jalan-jalan, mereka biasa keluar pagi pulang larut malam dan udah dalam keadaan capek.
  4. Setiap tempat tidur dilengkapi loker buat menaruh tas dan koper. Tapi nggak disediain gembok. Bawa sendiri yaa... Pas booking, tanya soal ukuran loker buat memastikan tas dan koper kamu masuk dan ukuran gembok. Jangan sewa gembok di hostel karena pasti mahal. Kalau beli sih bisa aja tapi ngapain juga buang-buang duit?
  5. Setiap kamar dilengkapi dengan 2-3 toilet dan kamar mandi. Toilet dan kamar mandi terpisah. Sebagai orang Indonesia, pastikan toilet punya semprotan air. Hehehe. WC umum di Singapore nggak ada semprotan air, jangan sampai deh dapet WC hostel yang nggak ada semprotan air juga. Menderita amat hidup kita ntar!
  6. Hostel nggak nyediain peralatan mandi dan handuk, walau ada juga yang nyediain sabun cair standar dan nyewain handuk. Bawa sabun, shampo, sikat gigi, odol sendiri yaa... Paling enak kalo kita beli travel kit, yaitu tas yang berisi botol-botol kosong ukuran 100 ml ke bawah karena peraturan airport membatasi cairan yang kita bawa maksimal 100 ml sebotol maksimal 1 liter total. Pindahin shampo, sabun cair, lotion, dll yang biasa kita pakai ke situ. Travel kit biasanya pake pouch transparan tahan air, bisa kita bawa ke kamar mandi dengan nyaman. Handuk yang agak tricky, karena kalau kita pulang bawa handuk basah maka bakal nambah berat tas. Buat yang berat bawaannya ngepas macam gue, hal ini bisa jadi masalah. Selama hostel nyewain handuk dan harganya masuk akal, gue mending sewa. Maka, gue nanya dulu ke hostel yang bersangkutan. Hostel gue kali ini nyewain handuk dengan harga SGD 2 untuk pemakaian selama jangka waktu nginep gue. Masih masuk akal. Handuknya bersih dan kualitasnya bagus.
  7. Soket listrik di Singapore buat colokan berkaki 3, beda sama Indonesia yang berkaki 2. Maka jangan lupa siapin colokan listrik universal. Sama gue saranin sih bawa powerbank juga buat isi batere hp pas kita jalan-jalan. Tapi inget aturan powerbank dalam penerbangan yaaa!! Powerbank ditaro di cabin dan jangan dipake selama penerbangan!
  8. Hostel biasa nyediain free breakfast, bisa berupa roti, susu, dan cornflakes free flow di dapur hostel, bisa juga voucher sarapan di warung dekat hostel. Hostel gue ngasih yang terakhir dan makanan di warungnya standar. Kopinya tapi yang luar biasa... Nanti akan gue ceritain.
Gue kemarin booking pake booking.com karena apa? Di booking.com. gue bisa pesen hostel tanpa harus bayar duluan. Ada periode di mana kita bisa cancel karena ganti rencana tanpa dikenai biaya dan kita baru bayar nanti setelah kita sampe. Di hostel gue kemarin, gue baru bayar pas dateng, nggak pake uang deposit, cuma scan pasport demi keamanan. Booking.com juga mengakomodasi kalau kita mau komunikasi dengan pegawai hostel, misalnya nanya sewa, nanya jalan ke sananya gimana, nanya macem-macem deeeh.. Semua sepengetahuan booking.com sehingga keamanan lebih terjaga. 

Beres cerita itinerary, budget, dan hostel... Berarti siap berangkat. Posting selanjutnya bakal seputar perjalanan gue dari berangkat dari Jakarta sampai keluar dengan selamat dari Changi Airport. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...