Pages

Kamis, 25 Oktober 2018

3 Hari 2 Malam di Belitung dengan Kompas Gramedia Value Card

Pada tanggal 24 - 26 Agustus 2018 yang lalu (bangett), gue sama nyokap ikutan open trip dari Kompas Gramedia Value Card ke Belitung. Kok bisa ikutt??? Ya kan kebetulan punya Kompas Gramedia Value Card, trus gue liat harganya lumayan oke, Rp. 3,8 juta per orang udah all in, yang artinya udah termasuk pesawat, hotel, makan, minum, bis, biaya sewa perahu, peralatan snorkelguide, foto-foto daaan.... aneka merchandise dan hadiah!!!! Okelah yaaa harganya. Jadi cusss deeeh!!!



Oiya, sebelum gue cerita lebih jauh soal trip ini, gue mau kasih info soal Kompas Gramedia Value Card ini supaya lo pada bikin. Hahaha... KGVC sebenernya adalah kartu BCA Flazz siih, tapi dengan fasilitas diskon dari Kompas Gramedia Group. Yang paling gampang, kalo belanja buku-buku terbitan Kompas Gramedia di Gramedia, kalian bisa dapet diskon 10% atau lebih kalo lagi ada promo. Makan dan minum di beberapa restoran partner, misalnya di Cozyfield, juga bisa dapet diskon. Nginep di Santika--ini punyanya Kompas Gramedia Group juga lhoo..--dapet diskon juga. Informasi lebih lanjut bisa kamu liat di sini. Dan KGVC juga suka bikin acara open trip buat anggotanya. Yang pertama adalah ke Belitung ini, dan berikutnya di November nanti ada acara rafting ke Citarik, Sukabumi. Selanjutnya, tentu masih banyak destinasi menarik yang udah direncanain. Jadi, ga ada salahnya kalo kalian bikin kartunya di  Gramedia secepatnya.

Kembali ke tripnya.

Ini itinerary kami--buat yang mau ikutin:

24 Agustus 2018:
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Terminal 2F naik Sriwijaya Air flight 06.20 - 07.20 WB
Sarapan Mie Belitung dan Es Jeruk Kunci di Hanggar 21
Ke Gantong untuk lihat-lihat replika sekolah Laskar Pelangi
Ke Museum Kata Andrea Hirata
Ke Kampoeng Ahok, Manggar
Makan siang di Restoran Fega
Minum kopi di Warkop Millenium
Ke Vihara Buddhayana Dewi Kwan Im
Ke Pantai Burung Mandi
Makan Malam di restoran Raja Seafood, Tanjung Pandan
Ke Santika Premier Hotel, Sijuk

25 Agustus 2018:
Ke Tanjung Kelayang untuk siap-siap island hopping
Naik kapal ke Pulau Pasir, Batu Berlayar, Pulau Burung, Pulau Lengkuas (makan siang nasi kotak)
Snorkeling dekat Pulau Lengkuas
Kembali ke hotel
Workshop Coffee Latte Art dan BBQ Dinner di Kampung Dedaun dan menikmati Kopi Janggut

26 Agustus 2018:
Ke Pantai Tanjung Tinggi tempat syuting Laskar Pelangi
Belanja suvenir dan makanan
Makan siang di Dapur Belitong
Minum kopi Kong Djie
Ke bandara H.A.S. Hanandjoeddin, kembali ke Jakarta pukul 14.55.
Mari mulai cerita panjang ini dari.... hari pertama.

Pede jaya rumah kami jauh banget dari Soetta, gue dan nyokap jam 2 pagi udah berangkat ke bandara hanya untuk mendapati kalau kami udah sampe di sana jam setengah 3 pagi karena jalanan masih kosong dan tol baru bikin jalan ke Soetta jadi cepet buanget. Hahahaha... Padahal jam kumpul adalah jam 4 pagi, dan pesawat berangkat jam 6 pagi. Alhasil, belum ada panitia satu pun di sana dan kami berdua ikut tidur di kursi layaknya turis-turis flight pagi di sana. Sekitar jam setengah 4, panitia dan beberapa peserta sudah datang, kami pun bergabung. Langsung dikasih minum, roti, serta topi merah yang harus kami pakai sebagai penanda, sebelum akhirnya naik pesawat. Bagasi semua udah diurus tim KGVC dan tas kami satu per satu dikasih tag nama.

Flight nggak delay, tapi kan ini pertama kali gue naik pesawat domestik yaa.... setelah bertahun-tahun lalu pas zaman Adam Air masih ada (sungguh!)--beberapa tahun terakhir gue cuma bolak-balik Singapore (bukan nyombong!) naik Air Asia dan terakhir (lagi-lagi bukan nyombong!!) ke Seoul naik Singapore Airlines, jadi gue agak syok juga mendapati pramugari-pramugari jualan barang di atas pesawat hahahaha! Kata temen gue emang biasa gitu. Jadi setelah penumpang dikasih kacang dan air minum, mereka lewat lagi tuh bawa gerobak dagangan dan mulai buka lapak. Aku terpana!!! Untungnya, dengan aktivitas ini, perjalanan sejam jadi nyaris nggak berasa, kami pun mendarat di bandara H.A.S. Hanandjoeddin yang statusnya udah internasional tapi ternyata cuma ada 2 pesawat lokal di sana. Aselik, ini bandara bisa buat tempat lari-larian saking kosongnya!!

Pesawatnya cuma 2. Sriwijaya yang kami naiki dan Citilink yang mendarat sebelumnya. Naik-turun nggak pakai belalai tapi tangga ya.


Setelah ambil bagasi, kami langsung naik bis dan bertemu guide kami dan menuju Hanggar 21 buat makan Mie Belitong. Hanggar 21 ini sebenernya nama hotel, tapi di depannya ada restoran Mie Belitong. Sebenernya, menurut gue, Mie Belitong di sini rasanya so-so banget sih... Entah emang aslinya rasa Mie Belitong ya cuma begitu atau emang ni restoran kurang oke aja. Mienya besar tapi kasar, kuahnya agak manis, trus pake tahu kecil-kecil, tauge, kentang, ketimun sama udang seadanya (udang gue cuma sebiji!!). Trus ditaro emping. Ini sebenernya mie atau kupat tahu sih? Tapiiii... Es Jeruk Kunci-nya gue suka banget! Hehehe. Gue sampe beli sebotol di toko oleh-oleh di depan restoran Raja Seafood buat diminum di rumah. Rasanya manis dan segar.

Mie belitong. Tuh coba liat, mana udangnya hayo??

Selesai makan, kami lalu ke Gantong. Udah pernah nonton Laskar Pelangi? Inget sekolah Ikal dan kawan-kawan yang sederhana banget itu? Naah... yang kami kunjungi bukan sekolah aslinya melainkan replikanya, yang didirikan di atas bukit pasir. Sekolah aslinya masih dipakai sampai sekarang dan kedatangan turis ke sana mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Maka, dibuatlah replika ini. Udara saat itu puanaaass banget!!! Karena gedung sekolah terletak di tengah hamparan pasir, maka panasnya pun berlipat. Setelah foto-foto, gue dan nyokap milih balik ke bis buat ngadem. Pas kami datang ke sana, ternyata grup kami bukan grup satu-satunya sehingga tempat cukup penuh dan susah mengambil foto yang bagus.

Seperti gue bilang, pas kami ke sana, banyak rombongan lain juga. Itu ibu-ibu merah-putih bukan rombongan kami, bapak-bapak berkaos putih juga rombongan lain lagi. Susah dapet foto yang bagus kecuali niat ngapus-ngapusin orang-orangnya pake photoshop. Nggak deh makasih!

Penasaran sih gue sebenernya, apakah di sekolah yang asli juga terasa sepanas ini? Kalo emang sepanas ini, ya ampun... Bener-bener deh perjuangan Ikal dan kawan-kawan untuk sekolah patut diacungi jempol!

Oiya, di sebelah replika sekolah ini ada warung-warung, jadi daripada dehidrasi mending beli air mineral di sana dulu ya. Tapi jangan buang sampahnya sembarangan!!

Bangunan depan Museum Kata Andrea Hirata, terdiri dari dokumentasi Laskar Pelangi.

Selesai dari Replika Sekolah Laskar Pelangi, kami lanjut ke Museum Kata Andrea Hirata yang penuh cat warna-warni. Instagramable banget, dan banyak yang langsung mencari tempat buat foto-foto cantik. Museum ini terdiri dari 3 bagian. Rumah utama di depan berisi dokumentasi Laskar Pelangi baik sejarah terbitnya novel sampai terjemahan-terjemahannya, berita seputar Laskar Pelangi, dan juga filmnya. Bagian kedua merupakan kedai kopi di mana kita bisa membeli dan minum kopi yang terkenal di Belitung. Bagian ketiga merupakan bagian samping yang berisi kutipan-kutipan dari buku-buku dan juga orang terkenal di dunia. Naaah... Untuk bagian ketiga, sayang sekali kutipan-kutipannya mulai luntur dan kurang terawat. Jadi, orang-orang lebih suka menggunakan tempat itu sebagai tempat foto-foto. Warna-warni sih bangunannya!

Isi Museum Kata Andrea Hirata

Salah satu spot foto instagramable.

Setelah Museum Kata Andrea Hirata, kami ke daerah Manggar untuk berkunjung ke Kampoeng Ahok. Memang, Belitung terkenal karena dua tokoh: Andrea Hirata dan Ahok--nama panggilan Bapak Basuki Tjahaja Purnama, mantan Gubernur DKI Jakarta. Kampoeng Ahok merupakan tempat tinggal keluarga besar Ahok. Rumah orang tua Ahok berada tepat di rumah tradisional yang dijadikan tempat jualan merchandise Ahok. Di sini, kita bisa menemukan segala karya dari masyarakat yang berhubungan dengan Ahok, juga membeli salted egg-fish skin Ahok yang katanya cuma dijual di sini (tapi ternyata bisa beli via Tokopedia).

Nyokap di depan Kampoeng Ahok, tempat jualan merchandise Ahok. Ada sambal khas Belitung, sirup jeruk kunci, kaos, gantungan kunci, dll.

Harga Rp 80.000, rasa oke, sama lah kayak yang di Singapore.

Setelah ke Kampoeng Ahok, kami makan siang di Restoran Fega, yang cukup besar dan terletak di tepi danau. Sayangnya gue nggak foto apa-apa di situ karena udah kelaparan. Maklum, dari pagi baru makan mie belitung yang nggak begitu sesuai selera. Makanan sudah dipesankan dan buat beramai-ramai, jadi gue nggak bisa ngasih info soal harga dan macam-macam menunya. Yang pasti, ada gulai  ikannya yang enak. Semua makanannya enak siih... Tapi gue sama sekali nggak tau makanan khas Belitung yang mana karena rasanya sama aja kayak di restoran seafood kebanyakan kayak ikan bakar, cumi, dan lain-lain. Setelah nanya sama teman yang tinggal di sana, ternyata makanan khasnya ya si gulai ikan itu yang dinamakan gangan di Belitung. Haaa...

Selesai dari Restoran Fega, kami mampir ke Warkop Millenium, tempat ngopi khas Belitung, yang letaknya dekat banget dari Restoran Fega. Sebenernya ada yang lucu soal kopi di Belitung. Belitung sama sekali bukan daerah penghasil kopi, tapi warung kopi ada di mana-mana. Katanya sih hal ini berasal dari tradisi para pekerja Cina yang doyan ngopi ketika istirahat bekerja. Biji kopinya sendiri diambil dari pulau Sumatra. Kopi di warung-warung kopi di Belitung, sebagaimana gue lihat di Warkop Millenium dan Kedai Kopi Kong Djie yang gue kunjungi di hari terakhir, disajikan dalam gelas yang tidak begitu besar dan menggunakan kental manis untuk kopi susunya. Kombinasi agar rawan buat perut gue yang sensitif sama kopi kental manis terutama sehabis makan. Maka, gue cuma mesen teh hangat sementara nyokap mesen kopi O alias kopi tambah gula minus kental manis. Maklum, nyokap emang butuh kopi buat on, ditambah malam sebelumnya nyokap nyaris bergadang karena flight pagi.

Kelihatan harganya di belakang? Cukup murah kan?
Selesai makan siang dan ngopi, kami lanjut ke daerah Pantai Burung Mandi buat ke Vihara Buddhayana Dewi Kwan Im. Karena gue bukan pemeluk agama Buddha, maka gue cuma naik ke atas bukit untuk berfoto dengan patung Dewi Kwan Im yang besar dan menghadap ke pantai burung mandi dan laut lepas. Di vihara ini banyak anjing yang jinak-jinak. Selain itu, tempatnya terawat dan bersih. Setelah itu, kami turun ke pantainya untuk sekadar menikmati sunset. Menurut gue, nggak ada yang spesial dari pantai ini karena kotor, banyak sampah bungkus makanan. Pasirnya yang cokelat pun membuat warna airnya nggak cerah. Sepertinya pantai ini masih butuh sentuhan pemerintah daerah biar lebih menarik.



Rombongan KGVC berfoto di depan vihara

Acara hari pertama ditutup dengan makan malam di restoran Raja Seafood. Lagi-lagi, makanan sudah dipesankan oleh panitia, jadi kami tinggal santap. Highlight makan malam ini tentunya adalah kepiting asap yang memiliki rasa unik karena dipanggang sambil dibungkus daun pisang. Kepiting asap memang menjadi makanan khas Belitung juga dan seperti mie belitung, rasa bumbunya juga manis. Sepertinya Belitung ini seleranya sama yang manis-manis ya? Di akhir perjalanan, guide kami juga menawarkan untuk memesan kepiting asap untuk dibawa pulang. Namun, karena gue dan nyokap nggak begitu suka makan kepiting, gue dan nyokap nggak beli. Di depan restoran terdapat toko oleh-oleh makanan. Berdasarkan bocoran, harga di toko ini lebih murah daripada di toko spesial oleh-oleh. Jadi, gue ngeborong terasi dan sirup jeruk kunci di sini. Dan bener, ternyata harganya memang lebih murah. Seneng!!

Jam 9 malam, kami check in di Hotel Santika Premier dan dibagikan goodie bag berisi kaos, dry bag, dan plastik hp. Review Hotel Santika Premier akan gue pos di pos berikutnya.

Hari kedua, setelah sarapan, kami berangkat ke pantai Tanjung Kelayang untuk memulai island hopping kami. Setelah mendapat pelampung, kami naik perahu dan berangkaaat!!!! Pantai Belitung memang terkenal dengan batu-batu granitnya yang besar dan cantik. Pasir-pasirnya pun putih, dengan air laut biru yang Instagrammable banget. Sayangnya, langit mendung pada saat kami pergi tapi matahari tetap terik (nah lho! Bingung kan??? Intinya, awannya tebal, tapi nggak menutup matahari).

Percaya nggak kalo gue bilang dua foto ini diambil dengan jarak waktu gak sampe setengah jam? Bedanya cuma arah gue berdiri aja... Ini di pulau Lengkuas dan panasnya bukan main. Pasirnya panas banget, nggak bisa nyeker sama sekali deh! Udah pengin buru-buru nyebur ke laut!

Kami mampir untuk foto-foto sebentar di Pulau Pasir yang hanya muncul ketika air surut dilanjut ke Pulau Kelayang untuk foto-foto dan main air, serta Pulau Lengkuas yang ada mercusuarnya untuk makan siang. Sayang, mercusuar tidak bisa dinaiki sampai atas, jadi gue nggak naik. Kami lalu snorkeling di dekat Pulau Lengkuas. Menurut gue, keadaan dasar laut di dekat Pulau Lengkuas sih kurang oke, jadi gue malah menghabiskan waktu untuk tidur-tiduran di laut hehehe.

Tips untuk snorkeling!!! Pilihlah pelampung yang pas dengan badan, jangan kegedean, karena akan berakhir dengan pelampung menarik-narik menyulitkan kalian berenang. Ini terjadi pada gue dan serius, buat ngangkat kepala aja susahnya bukan main karena pelampung yang kegedean memaksa kepala gue untuk terbenam di air. Leher gue kesodok-sodok pelampungnya, bok! Akhirnya gue terpaksa ngelepas pelampung gue di laut supaya bisa berenang balik ke kapal. Di sana, untung ada pelampung lebih kecil nganggur, jadi bisa gue pake hehe. Usahain pas baru nyebur deket-deket instrukturnya yaa... Biar kalo kejadian kayak gini bisa minta tolong--lepasin pelampung atau narik ke kapal, misalnya.
Foto sama nyokap, difotoin fotografer panitia.

Seperti tadi udah gue bilang, awan udah tebal ketika kami mulai perjalanan island hopping. Untungnya hujan baru turun ketika kami udah kembali ke daratan dan cuma berlangsung sebentar. Ini beneran sih, waktu gue ke Belitung, cuacanya emang berubah-ubah terus. Kami lalu kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk acara workshop coffee latte art dan BBQ party.

Acara BBQ Party berlangsung seru karena selain makan-makan sajian yang lezat kayak ikan, aneka daging bakar, dan Kopi Janggut, ada juga acara karaokean dan pastinyaa.... kuisss!!!!  Gue berhasil menjawab satu pertanyaan dan ngedapetin headphone JBL yang ternyata harganya lumayan. Hahaha.. Rezeki emang nggak kemana yaakk...



Balik lagi ke Kopi Janggut, sayangnya karena gue malam itu cuma bawa HP yang nggak begitu oke buat motret pake blitz tapi juga gelap kalo nggak pake blitz, maka gue nggak motret si pembuat kopi yang lumayan unik ini. Kopi Janggut aslinya adalah nama kedai kopi yang dimiliki oleh bapak berjanggut yang jago bikin puisi. Jadi, sebelum kami bisa meminum kopinya yang enak itu, kami mendengarkan si bapak membaca puisi tentang kehidupan masa kini terlebih dahulu. Unik ya!

Setelah acara makan malam, maka berakhirlah hari kedua.

Di hari ketiga, acara diisi dengan mengunjungi salah satu spot terkenal Laskar Pelangi lagi nih. Kali ini, kami ke pantai yang letaknya nggak jauh dari hotel, yaitu Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini cantik banget, berpasir putih dengan hamparan batu-batu granit besarnya yang lonjong-lonjong. Banyak yang berfoto ria di sini, bahkan sampai naik ke atas batu yang cukup tinggi menggunakan tangga kayu yang tersedia. Gue sih serem... Gendut bok, gimana kalo tangga kayunya patah, coba?

Pintu masuk ke bebatuan granit yang cantik-cantik

Contoh batu-batunya yang gede-gede itu. Kalo kejedot lumayan tuh!

Di area pantai, terdapat penjual berbagai macam oleh-oleh khas Belitung, mulai dari hiasan kerang sampai makanan seperti terasi dan ikan jambal asin. Gue dan nyokap berhasil beli ikan jambal asin seplastik dan 3 lempeng terasi dengan harga Rp 50.000. Ikannya banyak, jadi harga segitu murah banget. Dan nggak nyesel, karena pas kami mampir ke pusat oleh-oleh, harga ikan jambal jauh lebih mahal, begitu juga dengan terasinya.
Dari perjalanan ini, gue belajar kalau untuk makanan atau minuman (sirup jeruk kunci, terasi, ikan asin, dll) mending jangan beli di pusat oleh-oleh tapi sama penjual tradisional gitu. Kalau bangsa kaos, kalung, gantungan kunci kerang baru beli di pusat oleh-oleh (kalungnya bagus-bagus dan murah, di bawah Rp 20.000!).
Selanjutnya, kami mampir ke pusat oleh-oleh di daerah Jl. Sudirman, Tanjung Pandan. Seperti udah gue bilang, gue udah beli sirup jeruk kunci, terasi dan ikan jambal kan yaa... Jadi di sini gue beli kalung warna-warni buat oleh-oleh, teri crispy (ini nyokap sih yang beli buat oleh-oleh), daaan..... dendeng daun singkong!!!! Nah lho, baru tau kan ada dendeng daun singkong? Sama. Makanya gue beli. Penasaran bok sama rasanya. Ternyata, yang terasa malah ketumbar yang jadi bumbunya. Waduh lumayan bikin puyeng nih, tapi rasanya unik juga sih dan setelah beberapa gigitan malah nagih. Teksturnya kayak Tao Kae Noi tapi lebih bau ketumbar. Ada-ada aja nih inovasinya!

Kayak gini dendeng daun singkongnya

Setelah dari pusat oleh-oleh, kami makan siang di restoran Dapur Belitong yang ternyata sedang ada perbaikan gorong-gorong di depannya. Gara-gara perbaikan ini, sambungan listrik jadi terpakai dan restorannya pun akhirnya gak pakai AC dan berdebu. Astaga banget deh! Tapi untung makanannya enak walau standar dan nggak khas Belitung yaa... Sajian masih seafood: ikan, cumi, sup kepiting... Tapi beneran enak sih. Sejujurnya, seluruh restoran yang kami datangi selalu menyajikan makanan yang enak. Mungkin karena seafood-nya fresh ya.

Setelah ini, kami sudah terpacu waktu karena penerbangan pukul 14.55 siang. Jadi, mampir ke Kopi Kong Djie-nya cuma sebentar. Di sini gue melakukan kesalahan. Gue minum kopi susunya! Abis penasaran kan, dan sebelumnya minum Kopi Janggut perut gue gak apa-apa. Pas minum kopi Kongdjie sih juga nggak apa-apa, tapi pas udah di pesawat, perut gue berulah. Untung penerbangan Belitung-Jakarta cuma 1 jam. Sampai Soekarno Hatta langsung deh ke WC. hahahaha..

Bukan foto gue, dapet dari mbah google.Tapi beginilah bentuk Kopi Kong Djie. Beda dari yang dijual di Jakarta yang kemasannya udah cakep.

Selesai dari Kopi Kong Djie dan mampir ambil pesanan kepiting asap--gue nggak mesen--kami ke Bandara H.A.S. Hanandjoeddin buat pulang. Kami telat bangettt!!!! Jam setengah 3 baru nyampe padahal flight 14.55. Tapi lucunya, kami masih boleh check in dan langsung lari ke pesawat begitu lolos pemeriksaan. Sampai pesawat keringatan. Pengalaman mendebarkan! Di bandara Belitung, semua serbasantai. Walau udah jadwal boarding, petugas yang berteriak memanggil penumpang siap keliling memastikan nggak ada penumpang yang ketinggalan gitu. Bandaranya memang kecil sih. Dan sepi.

Daaan berakhirlah perjalanan gue dan nyokap beserta rombongan KGVC di Belitung!!

Buat gue, perjalanan ini sebenarnya asyik karena Tim KGVC dan tim lokal kerjanya profesional banget dan mereka ramah-ramah abisss... Informatif juga (kecuali pas bagian makanan). Cuma mungkin salah timing. Pertama, pas gue dateng, banyak banget rombongan turis jadi susah untuk foto-foto dalam keadaan background bersih. Kedua, cuaca yang nggak menentu. Bisa panaaas banget, tapi tiba-tiba berawan tebal. Tapi tau-tau hujannya cuma turun sebentar. Tapi di luar masalah timing dan cuaca, semua tentang Belitung cantik kok. Pulau ini masih jarang penduduknya tapi jalanannya udah diaspal mulus. Dan katanya, jalanan di Belitung jarang rusak karena tanahnya berbatu granit. Macet merupakan hal yang langka di sini, baik di daerah pinggiran maupun di kotanya. Ritme kehidupan masyarakat Belitung juga lambat dan santai, terbukti pas di bandara. Kata teman gue yang kerja jadi hakim di sana, bandara malah biasanya dikunci dan baru buka pukul 7 pagi. Jadi, kalau kita dapat flight paling pagi, siap-siap aja gigit jari nunggu di luar bandara. Hehe. Beneran oke buat liburan singkat (3 hari 2 malam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...